Metro Times (Palembang) – “Aku sering ditolak ojek online ketika aku ingin ke sekolah. Aku juga sering jatuh ketika naik Transjakarta saat ingin bermain ke rumah teman,” begitulah curhatan Asyaffa Nur Julia yang merupakan anak penyandang disabilitas fisik. Namun, dibalik keterbatasan yang dimiliki, ia juga memiliki segudang prestasi.
Asyaffa merupakan Juara 1 Penyaji Terbaik kategori Disabilitas Fisik pada kompetisi “Suara Anak Disabilitas: Dengarkanlah Curhatan Kami” yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Ia juga punya mimpi agar anak Indonesia bebas berkarya, termasuk dirinya yang memiliki hobi menggambar dan menulis puisi.
“Kita semua harus paham betul bahwa anak kita, para anak penyandang disabilitas tidak lagi dipandang sebagai suatu keterbatasan fungsi, misal tidak dapat melihat atau mendengar, tetapi sebagai sebuah interaksi antara keterbatasan fungsi dan lingkungannya. Kita semua telah melihat dan terbukti bahwa mereka juga bisa berprestasi dan punya keahlian khusus dibidangnya masing-masing. Mereka harus mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan berpartisipasi,” ungkap Menteri PPPA, Yohana Yembise saat berperan sebagai Kepala Sekolah dalam teater musikal bersama dengan para anak penyandang disabilitas dalam acara Harmoni Suara Anak Disabilitas di Palembang, Sumatera Selatan.
Teater Musikal tersebut bercerita tentang sebuah sekolah yang menggabungkan murid penyandang disabilitas dan murid non disabilitas. Namun, keduanya bisa bergaul dan belajar bersama dengan harmonis. Anak – anak penyandang disabilitas juga dengan gembira menampilkan keahliannya, di antaranya permainan musik band, tarian, biola, puisi, dan pantomim.
“Saya sangat kagum dengan orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas. Bapak dan Ibu harus berbangga memiliki anugerah spesial dari Tuhan. Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Orang tua maupun masyarakat harus melihat potensi yang dimiliki anak tersebut, bukan keterbatasannya. Mereka perlu mendapat dorongan, tuntunan, dan praktek langsung secara bertahap. Dengan begitu, bakat dan kemampuan anak akan berkembang dan menjadi generasi emas Indonesia,” pesan Menteri Yohana kepada para orang tua dan pendamping anak penyandang disabilitas.
Menteri Yohana juga memberikan penghargaan kepada para penyaji terbaik Suara Anak Disabilitas: Dengarkanlah Curhatan Kami. Kompetisi tersebut telah diselenggarakan sejak April – Juni 2019. Dalam kesempatan tersebut juga diluncurkan Buku Suara Anak Penyandang Disabilitas yang merupakan kumpulan naskah dari curhatan para penyaji terbaik kompetisi Suara Anak Disabilitas. Berikut para penyaji terbaik Suara Anak Disabilitas: Dengarkanlah Curhatan Kami:
PENYAJI TERBAIK DISABILITAS FISIK:
1. Asyaffa Nur Julia – Palmerah, DKI Jakarta
2. Ataraka Abanaya – Jawa Barat
3. Novia Kusuma Anggraini – Bandar Lampung, Lampung
PENYAJI TERBAIK DISABILITAS TUNA NETRA:
1. Putri Theresia Giawa – Sumatera Utara
2. Viqhli Alif Nur Restu Wardhana – Balikpapan
3. Wahyu Eko Prasetyo – Banyuwangi, Jawa Timur
PENYAJI TERBAIK DISABILITAS TUNA RUNGU:
1. Hilma Faula Ni’matur Rachman – Sukamulya, Bandung
2. Revara Alya Almasya – DKI Jakarta
3. Mutiara Ilmi Rana – Bandung
PENYAJI TERBAIK DISABILITAS MENTAL, INTELEKTUAL, GANDA / MULTI:
1. Afra Nada Adistia – Bekasi
2. Dewi – Bandung, Jawa Barat
3. Sulis Sawaliyah – Bandung, Jawa Barat
4. Faiza Yustiandari – Ragunan, DKI Jakarta
5. Delvin Delvino – Palembang, Sumatera Selatan
6. Aryo Panembahan Notowijoyo – Samarinda, Kalimantan Timur. (nald)