- iklan atas berita -

Metro Times (Magelang) “Indonesia Raya Merdeka..Merdeka.. Tanahku Negeriku yang kucinta, Indonesia Raya Merdeka..Merdeka Hiduplah Indonesia Raya”

Itulah sepenggal lagu Kebangsaan Indonesia yang membuat merinding apabila di nyanyikan sambil membayangkan para Pahlawan pendahulu merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia

Di setiap buku sejarah sudah di ketahui bersama, para penjajah baik dari Portugis, Belanda dan Jepang silih berganti menjajah bangsa Indonesia. Berawal dari sumber-sumber ekonomi yaitu rempah-rempah para penjajah datang ke negeri ini.

Akhirnya sedikit demi sedikit tumbuh suburlah kolonialisme, penjahahan bangsa nusantara. Dan Anang Imamuddin, selaku Tokoh Pemuda di Magelang mengatakan kalau penjajahan Belanda selama 350 tahun, lima generasi hidup dalam penjajahan, pembodohan yang terstruktur sehingga penjajahan bertahan lama.

“Banyak sekali pahlawan-pahlawan kita dari seluruh penjuru nusantara mulai dari alim ulama, putra mahkota kerajaan, kaum cerdik cendekia bahkan dari rakyat jelata berjuang dengan kebisaannya untuk bersatu dan merdeka,” terang Anang kepada wartawan Metro Times Media, Sabtu (31/08).

ads

Lanjut Anang, semua daya upaya dari semua komponen anak bangsa berhasil melepaskan diri dari penjajahan dengan di Proklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tepat 74 tahun yang lalu bersepakat untuk bersatu dan merdeka dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Proses pembentukan suatu bangsa atau ‘Nation Building’ karena sebuah itikad baik dan komitmen bersama dari semua anak bangsa dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia. Hal ini harus selalu kita ingat sebagai generasi pengisi kemerdekaan saat ini baik dari pejabat sampai rakyat, dari pemuka agama sampai ummatnya,” tambahnya.

Anang juga menyampaikan ‘Warning’ bahwa Bangsa Indonesia ini terancam disintegrasi bangsa yang cukup serius. Karena ktika dirinya masih seorang mahasiswa, dirinya aktif dalam suatu organisasi Gerakan Harmonisasi Bangsa “GHARBA” Yogyakarta. Tahun 2000, dirinya juga sudah berkeliling menemui tokoh-tokoh bangsa termasuk Forum Rektor Indonesia untuk bersama-sama menjaga NKRI dari ancaman disintegrasi bangsa.

“Masalah separatis yang mulai mengemuka yaitu tuntutan Papua Merdeka tidak bisa di pandang sebelah mata. Benih-benih disintegrasi di Aceh yang mengibarkan bendera Aceh serta “diamnya” gerakan Republik Maluku Selatan juga harus di waspadai,” jelasnya.

Pengalaman referendum Timor-Timur harus menjadi pelajaran yang berarti untuk bangsa Indonesia. Jangan sampai NKRI ini tercerai berai dan tinggal cerita. Belajar dari Uni Soviet, negara adi kuasa yang memimpin dunia. Dalam sejarahnya begitu kuat ekonomi, militer serta ideologinya. Ternyata Uni Soviet “bubar”.

“Apabila dibandingkan, Indonesia bukan negara sekuat Uni Soviet. Apabila tidak ada komitmen yang kuat dari semua komponen bangsa maka ancaman disintegrasi menjadi momok kita semua,” tegas Anang.

“Saya berharap para pemimpin bangsa ini dari mulai Presiden, MPR, DPR, Panglima TNI, Kapolri dan semua anak bangsa untuk benar-benar menjaga bangsa ini dari ancaman disintegrasi. STOP saling membenci, STOP politik pencitraan, STOP hal-hal yang tidak substansi dan tidak prioritas untuk bangsa ini. NKRI jangan hanya menjadi jargon semata. Diteriakkan lantang dimana-mana. Tetapi tidak ada langkah-langkah yang kongkrit untuk menjaga NKRI tetap utuh,” harapnya. (Arif)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!