- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) Santri dan warga Nahdlatul Ulama (NU) memiliki tradisi yang unik. Berbeda dari masyarakat pada umumnya. Terlebih terhadap seorang Ulama yang dianggap sebagai Kiai Sepuh. Memiliki kedalaman ilmu agama yang luas dan menjadi panutan masyarakat.

Menerima kunjungan dari Prof. Dr (HC). K.H. Ma’ruf Amin di Gedung Al Hikam, Kompleks PP. Itqoon, Bugen, Tlogosari Wetan, Pedurungan, Kota Semarang, K.H. Ahmad Haris Shodaqoh memandang kunjungan tersebut sebagai bentuk perhatian dari orangtua terhadap cucunya.

“Silaturahmi ini istilahnya Wong tuo tilik putune,” kata Kiai Haris, Selasa, (4/2/2019) pagi.

Lebih lanjut, Kiai yang juga Ketua Harian MUI Jateng ini seolah memberikan isyarat kewajiban bagi para santri untuk memberikan dukungan pada Kiai Ma’ruf. Hal tersebut dituturkan dengan menyatakan ketaatan terhadap kiai sebagai suatu tradisi yang khas bagi santri dan NU.

“Di pesantren atau di NU, sam’an wa tha’atan (mendengarkan dan mematuhi) terhadap kiai itu suatu kewajiban,” tuturnya.

ads

Untuk diketahui, sosok kiai sepuh dalam pandangan santri merupakan sosok yang diikuti petunjuk dan pilihannya. Oleh karena itu, saat para santri mendengar kabar tentang Presiden Joko Widodo yang kembali maju sebagai calon presiden memilih K.H. Ma’ruf Amin untuk mendampinginya sebagai calon wakil presiden dinilai bukan sesuatu yang perlu diperdebatkan.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Haris juga menyatakan perhatian pemerintah yang ada saat ini terhadap pendidikan pesantren sangat baik. Oleh sebab itu, dirinya berharap ada peningkatan di kala nanti Kiai Ma’ruf terpilih sebagai wakil presiden dalam Pilpres April mendatang.

“Perhatian pemerintah terhadap pesantren sangat bangus, sangat antusias. Terlebih lagi kalau nanti mbah kiai (Kiai Ma’ruf,red) berada di lingkup pemerintah,” ungkapnya

Silaturahmi terasa lebih bermakna dengan penuturan Kiai Haris yang seolah mengajarkan perbedaan yang adalah anugerah yang harus disyukuri, “Alhamdulillah di sini tentram,” ujar Kiai Haris. Lebih lanjut ia mencontohkan keharmonisan para pengasuh PP. Al Itqoon dengan perbedaan posisi struktural para pengasuh pesantren, “Adik saya, Sholahuddin itu Dewan Syuro PKB. Lha saya di PPP. Rukun itu sangat berkah sekali,” tuturnya.

Sementara, K.H. Ma’ruf Amin dalam kesempatan tersebut mengemukakan alasan diterimanya ajakan menjadi Cawapres dari Capres Jokowi dengan penjelasan tentang peran ulama. Menurutnya, Ulama memiliki dua tanggung jawab, yakni; mas’uliyyah diniyyah atau tanggung jawab keagamaan, dan mas’uliyyah wathaniyyah atau tanggung jawab kebangsaan.

Dalam tanggung jawab keagamaan, Kiai Ma’ruf mengungkapkan tugas Ulama untuk menyiapkan kader yang fakih dalam ilmu agama, atau dalam kata lain disebut kaderisasi ulama. Hal ini perlu ditekankan mengingat ilmu agama akan lenyap seiring dengan meninggalnya para Ulama.

Dampak dari hilangnya ilmu agama dan ulama diterangkan lebih lanjut oleh Kiai Ma’ruf. Ketika ilmu Allah diangkat dari bumi, maka orang akan memilih pemimpin yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama.

Mencermati berkembangnya paham-paham praktik keagamaan dan kenegaraan, Kiai Ma’ruf kembali mengingatkan, menjaga amaliah dan umat dari berbagai macam aliran dalam Islam yang tidak sesuai dengan paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan bagian tugas dari NU.

“Sekarang ini berkembang paham-paham atau aliran Islam di Indonesia,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kiai Ma’ruf mengajak para Kiai dan santri berjuang bersama NU dengan mengingatkan Komite Hijaz yang melatar belakangi lahirnya NU untuk berjuang pada koridor ahlus sunnah wal jama’ah. Dia menambahkan, banyak pihak yang menyudutkan NU, dan GP. Ansor dengan maksud merusak NU dan negara.

“Ini salah satu tugas mengapa NU didirikan,” tegasnya.

Dikenal sebagai Ulama yang menjadi seorang Cawapres, Kiai Ma’ruf menganggap hal tersebut sebagai perubahan posisi dari kultur menjadi struktur, “Jadi ini sebenarnya hijrah dari jalur kultural ke jalur struktural,” lugasnya. (af/dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!