- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) Dinilai sudah berpengalaman dan eksis dalam merehabilitasi korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Pati menggandeng Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Yayasan Rehabilitasi AT-TAUHID Semarang dengan melakukan perjanjian kerjasama (MoU). Perjanjian kerjasama dua lembaga tersebut dilakukan oleh Kepala Bapas Kelas II Pati, Muhammad Nurseha dengan Direktur IPWL Yayasan Rehabilitasi AT-TAUHID Semarang, Singgih Yonkki Nugroho disaksikan pejabat di lingkungan Bapas, Pembina dan para konselor serta puluhan klien Atau santri di aula IPWL Rehabilitasi Yayasan AT TAUHID Semarang di Jl. Gayamsari Selatan II RT 03 Rw 03 No. 41 Kelurahan Sendangguwo Tembalang Semarang, Rabu (8/7).

Kepala Bapas Kelas II Pati, Muhammad Nurseha menuturkan, dipilihnya IPWL Yayasan Rehabilitasi AT-TAUHID Semarang bukan tanpa alasan, berdasarkan informasi yang diterima dirinya, bahwa lembaga IPWL AT-TAUHID yang berbasis pesantren itu telah berhasil merehabilitasi ratusan bahkan ribuan korban penyalahgunaan NAPZA yang berasal dari berbagai daerah di Jawa bahkan dari berbagai daerah di Indonesia serta lembaga tersebut telah lama eksis sejak tahun 1998 meski secara kelembagaan baru tahun 2013 lalu. “Jadi tidak salah dan sangat tepat kita mengajak dan melakukan perjanjian  kerjasama dengan IPWL AT TAUHID dalam program pembinaan dan merehabilitasi korban NAPZA,” ucap Muhammad Nurseha usai penandatanganan perjanjian kerjasama

Muhammad Nurseha yang belum lama memimpin Bapas Kelas II Pati itu melanjutkan, selain melakukan kerjasama dengan IPWL AT TAUHID pihaknya juga melakukan perjanjian kerjasama dengan IPWL-IPWL di eks karesidenan Pati, yang meliputi Kabupaten Pati, Jepara, Kudus, Rembang, Grobogan dan Blora. “Hari ini, selain kita melakukan kerjasama perjanjian dengan IPWL AT TAUHID Semarang juga melakukan kerjasama dengan LPSA Raden Syahid Kebonagung Demak. Kunci sukes dalam pemasyarakatan adalah, petugas Lapas, narapidana itu sendiri dan peran dari masyarakat, lembaga-lembaga yang kita gandeng ini bagian dari partisipasi dari masyarakat,” ungkapnya.

Sementara itu, Pembina IPWL AT TAUHID Semarang, Nyai Hj. Masliyah menuturkan, lembaga yang dikelolanya telah merehab ribuan korban penyalahguna NAPZA dari berbagai daerah Indonesia, tidak hanya dari Semarang dan Jawa Tengah saja, dari luar Jawa juga banyak. “Sudah banyak yang kita rehab dan alhamdulillah berhasil, mereka tidak mengulangi perbuatannya lagi. Banyak juga yang telah sukses, ada yang jadi pengusaha, buka usaha bengkel, buka toko buah, jual sembako dan bahkan juga ada yang jadi kiai” bebernya

ads

Nyai Masliyah melanjutkan, disini terapi yang ditekankan adalah doa, dzikir, salawat dan mengaji. Selain penguatan mental spiritual, mereka dibekali skill (Ketrampilan), seperti otomotif, tukang, wirausaha (Jual buah, jual sembako), jual aneka bumbu dapur serta usaha lainya. “Dalam membimbing para santri (Klien) korban NAPZA kita kedepankan kasih sayang dan kita buat happy fun. Kita ciptakan suasana anak ceria dan bahagia, kita ajak guyon (Canda), ajak wisata (Refreshing), bernyanyi (Karaoke) dan olahraga. Kita buat anak senang, kita ajak berpikir positif dan produktif,” tukasnya. (af/dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!