- iklan atas berita -


Metro Times (Surabaya) – Demi terwujudnya cita-cita sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya getol menggelar berbagai kegiatan internasionalisasi, salah satunya di bidang riset dan inovasi.

Bekerjasama dengan Erasmus Plus, ITS didapuk menjadi tuan rumah Workshop Strategic Intellectual and Property Management for Effective Research and Inovations in Asian Higher Education (SPIRE), Senin (27/11).

Bertempat di Ruang Sidang I Gedung Rektorat ITS, workshop internasional yang baru kali pertama digelar ini mengulas habis terkait pemberdayaan hak atas kekayaan intelektual demi memberikan perlindungan terbaik bagi para penelitinya.
“Hingga saat ini hak atas kekayaan intelektual masih menjadi isu strategis dikalangan peneliti dan penemu, khususnya di wilayah Asia Tenggara,” tutur Prof Dr Ir Ketut Buda Artana ST MSc, Wakil Rektor ITS bidang Inovasi, Kerja Sama, Kealumnian, dan Hubungan Internasional saat membuka acara.

Guru Besar Teknik Sistem Perkapalan ITS ini melanjutkan, wilayah Asia Tenggara memiliki Undang-Undang dan kinerja kekayaan intelektual yang berbeda di setiap negaranya. Akibatnya, sistem kekayaan intelektual di wilayah regional menjadi tidak stabil.

“Sehingga dibutuhkan penyelarasan secara regional dengan menggunakan standar internasional, guna meningkatkan efektivitas praktik kekayaan intelektual, salah satunya melalui pembekalan dari pemerintah,” tambah pria yang akrab disapa Ketut tersebut.

ads

Menggandeng pakar dari Agora Institute Spanyol, Alicia Biaya dan dari University of Turku Finlandia, Pasi Mallinen, workshop internasional yang diikuti 12 perguruan tinggi dari Asia dan Eropa ini juga menjadi batu loncatan ITS dalam mewujudkan visi research and innovative university di tahun 2025.
Dikatakan oleh Ketut, melalui workshop ini diharapkan ITS dapat menciptakan transfer technology office, di mana terciptanya unit untuk mengelola riset, kekayaan intelektual, produk inovasi, dan komersialisasi dalam satu layanan atap yang bekerja bersama-sama dalam melakukan proteksi terkait hak atas kekayaan intelektual.

“Saat ini kekayaan intelektual ITS dikelola oleh tiga badan yang berbeda, di mana riset dipegang oleh LPPM, pengembangan produk inovasi di bidang 4, sedangkan komersialisasi di Badan Pengembangan dan Pengelolaan Usaha (BPPU),” tambah lulusan doktor Kobe University, Jepang tersebut.

Lebih lanjut, kata Ketut, visi ITS 2035 untuk menjadi entrepeneur role university harus mulai digarap dengan baik mulai saat ini. “Harapannya ketika fase komersialisasi nanti, manajemen hak kekayaan intelektual telah baik, sehingga proses komersialisasi dapat berjalan dengan lancar tanpa mengurangi hak para peneliti atau penemunya,” tandas alumnus Teknik Sistem Perkapalan ITS tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!