- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Bupati Purworejo dan 4 delegasinya melawat ke Belanda dan singgah ke Swedia dengan dalih napak tilas sejarah. Rombongan ini menghabiskan dana dari APBD lebih dari Rp 433 juta. Beberapa dewan dan tokoh masyarakat mempersoalkan urgensinya.

Kelima pejabat tersebut adalah Bupati Purworejo Agus Bastian, Ketua DPRD Luhur Pambudi, Sekda Said Romadhon, Ketua Bappeda Pram Prasetyo Achmad dan Kepala Dinas Pariwisata Agung Wibowo AP. Sesuai rencana, mereka akan menghabiskan waktu di Belanda dan Swedia sejak 16 hingga 22 Juni 2019 mendatang.

Menanggapi berita yang beredar di kalangan masyarakat dan beberapa anggota dewan, Bupati Purworejo melalui Kabag Humas Bambang Gatot Seno Aji menjelaskan bahwa kunjungan Bupati dan beberapa Pejabat teras tersebut untuk melacak keberadaan karya bupati Purworejo pertama.

“Kita melacak dan pada akhirnya secara legal akan minta via kedubes untuk bantu kita karena setelah kita ke sana prosesnya panjang, tidak bisa sesaat dan dokumen itu benar ada. Jadi Bupati ke sana bukan berwisata,” kata Gatot kepada media.

ads

Kunjungan ke negara Eropa itu tidak hanya di Belanda namun juga mampir ke Swedia untuk memenuhi undangan dari Supertext Swedia, yakni sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi informasi.

Di perusahaan Supertext, Bupati menerima hibah teknologi dan pelatihannya dari Direktur Supertext Martin Jacobson dan disaksikan langsung oleh Dubes RI untuk Swedia, Bagas Hapsara.

“Sejak tahun 2018 lalu, Pemerintah Kabupaten Purworejo memang telah merintis kerja sama dengan Supertext dalam pengembangan digital farming. Serangkaian pertemuan dan pembicaraan sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu dan sudah ditindaklanjuti dengan penandatanganan letter of intent,” jelas Gatot.

Bersasarkan data yang dihimpun metrotimes.news, kunjungan kelima pejabat tersebut menghabiskan anggaran sekitar Rp 433.610.000. Jumlah dana tersebut hanya dihitung untuk biaya tiket pesawat semua pejabat berangkat dan kepulangannya, uang harian selama sepekan serta biaya tambahan lainnya.

Lawatan itu dipersoalkan oleh salah satu tokoh masyakat Purworejo, Angko Setiyarso Widodo. Dia menilai kunjungan yang dilakukan rombongan bupati tidak urgen dilakukan saat ini. Menurutnya, masih banyak hal yang lebih penting misalnya peningkatan kualitas dan kuantitas layanan dasar publik

“Kalau masalah sejarah kenapa harus jauh-jauh ke sana dan kerja sama bidang pertanian itu juga bukan yang utama. Masih banyak masalah lain yang perlu diselesaikan, Purworejo sampai saat ini masih jauh dari kata layak. Bangunan ruang kelas sekolah-sekolah rusak misalnya, itu sangat penting,” tegasnya.

Angko menambahkan, beberapa proyek memang berhasil dikerjakan, namun semuanya tidak ada yang tuntas, sehingga tidak ada dampak positif untuk kemajuan ekonomi masyarakat. Justru yang terjadi adalah sebaliknya. “Coba pasar Baledono sepi pembeli. Katanya Purworejo ada Border city , Smart City, mana ?, pemerintah ga jelas,” tegas Angko.

Hal senada juga dilontarkan oleh Ketua Komando Bela Rakyat (KBR) Purworejo, R. Hery Priyantono. Menurutnya, kunjungan Bupati bersama rombongan dengan anggaran ratusan juta tersebut sebagai pemborosan jika nantinya tidak ada hasil yang nyata dan bermanfaat untuk Purworejo.

“Yang jelas masyarakat harus tahu sebenarnya tujuannya ke sana itu apa, benar-benar urusan dinas atau pribadi. Dan ada hasilnya nggak nanti kita tunggu kalau tidak ya itu namanya pemborosan karena menghabiskan anggaran ratusan juta, dan anggaran itu harus dipertanggungjawabkan,” kata Hery. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!