SURABAYA, MT
SESUNGGUHNYA, Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang sangatlah ” Konsepsi Cultural ” tentang suatu komunitas Masyarakat yang konon diimajinasi kan sebagai Entitas dari Warisan Teritorial Jajahan Belanda, ungkap Bachtiar Saat diwawan carai wartawan Metro Times ditempat kediamannya.
Adapun Negara Indonesia itu adalah Negara yang Cendrung terhadap“““` ” Konsepsi Politik ” tentang sebuah Entitas yang tumbuh berdasarkan Kesadaran Politik untuk “MERDEKA ” , dengan Meletakkan Individu ke dalam Kerangka kerakyatan tersebut.
Dalam kerangka ini, setiap Rakyat dihubungkan dengan suatu komunitas politik dalam kedudukan yang sederajat di depan Hukum, dengan Operasi atas Prinsip Kekariban dan keadilan.
Ketika ditanya oleh wartawan Metro Times Seputar Persoalannya, Mengapa Prinsip-Prinsip kebangsaan, dan kewarganegaraan kian hari semakin jauh?
Bachtiar menjawab dengan seksama Pertanyaannya yang diajukakan oleh wartawan Metro Tersebut ? Bahkan yang lebih menjauh lagi setelah dikobarkannya Reformasi Mei 1998?
Ada banyak jawaban ? tetapi, yang terpenting dan Terutama Adalah keberlangsungan Manajemen Negara “ Pasca Colonial “ yang tidak mampu menegakkan kedaulatan Hukum dan memberikan keamanan dan keadilan bagi warganya.
Persoalan Ekonomi-Politik yang bersumber dari Manajemen Negara yang Suka Korupsi menyisakan “ Akhlakkul Karima” yang Kotor bagi Generasi Muda saat ini, dan kelangkaan serta ketimpangan dalam selokasi sumber daya , baik dalam di rumah tangga maupun ber Negara, Ucap Bachtiar kepada wartwawan
Pertama, Jika Aparatur Negara hanya sibuk mengamankan kekuasaannya sendiri atau secara individu, maka Negara ini akan segera hancur dan akan menjadi Sorotan Mata Dunia.
Kedua, kita belum siap menerima keragaman Suku dan Budaya serta Etnis yang ada di Indonesia, padahal keragaman bangsa bisa menjadi Sumber kekayaan yang luar biasa, jika Negara mampu menjalankan Fungsinya.
Ketiga, Masyarakat Surabaya, Khususnya: Tidak Terlalu Fokus pada Bidang Pembangunan dan Infrastruktur yang sudah ada sebagai Aset Pemerintah Kota , yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, Khususnya Surabaya sebagai Kota Pahlawan , kota yang menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat bangsa.kejahatan, dan frustrasi selalu dan terus meningkat dari tahun ke tahun, Sejogjanya Surabaya harus menjadi Medan Magnet yang Mencuri kelebihan Daerah, Yang seharusnya Di Desain dan di Administrasikan, serta Ditingkankatkan Mutu SDM Masyarakatnya ,Ucap Bachtiar Yang merupakan Seorang Putra Terbaik Bangsa ini, dan mememiliki Kompetensi, Kapabilitas dan Integritas sebagai seorang Pemimpin yang berkarakter dan berperinsip kuat serta Berani, Tegas dan Bijaksana dalam mengambil suatu keputusan, serta “ BERMENTAL PLATINUM “ dimana Pengabdiannya Bermuara pada Peningkatan Harkat dan Martabat Bangsa, demi Kesejahteraan Rakyat Indonesia, ,Khususnya Surabaya.
Nalar publik yang hilang
Sebagai Sebuah Bangsa Besar yang “MAJEMUK “ dan Telah Berdiri lebih dari 60 Tahun, kita seperti kehilangan Nalar Publik untuk hidup bersama Atas Dasar semangat Kesatuan dan Persatuan Nasional.
Dari sisi kebudayaan, yang secara perlahan lahan, tidak lagi Berpijak pada Budaya dan Jati Diri Bangsa. Lebih parah lagi, kita Sengaja Meninggalkannya dan Mengikuti Budaya Asing ! Bahkan di bidang Politikpun, Hukum, dan Ekonomi yang secara kausalitas mengakibatkan kaotik di bidang social, “ Ungkap Bachtiar kepada wartawan Metro Times Dikediamannya.
Hal ini karena, Pemerintah Hasil Reformasi saat ini, ternyata belum memiliki Rencana Besar yang Aplikatif Buat Bangsa ini agar sampai pada Cita-cita Dasarnya.
Yaitu : Pemerintah Hasil Reformasi tidak layak menyandang gelar pemerintahan yang Reformis, Dengan kata lain, tidak punya Visi Kebudayaan sama sekali.
Mungkin jawaban ini terlalu berlebihan. Namun, Faktanya, banyak laporan di Media bahwa orang-orang Mulai Terasing dari Negerinya sendiri.
Mereka Terasing dari lingkungannya, dari nilai-nilai dasar kemanusiaannya, terasing dan tercabut dari akar tradisi budayanya, Terasing karena ketidak hadiran Pemerintah di Tengah Deru Penderitaan Rakyat yang tak kunjung berhenti, “ kata bachtiar
Sebagian besar ”Orang Indonesia ” Sementara Bermimpi “ tentang ”Indonesia Baru”, pada saat bersamaan masih memiliki cara berpikir yang sama dan memiliki sikap yang sama.
Indonesia yang seharusnya
Banyak orang Cenderung Mengambil Jalan Pintas. Mereka Hidup hanya berpikir tentang Pekerjaan mereka, Upah, dan Peluang Sesaat, Mereka berpikir proses itu melelahkan dan memakan waktu cukup lama untuk mewujudkan impian.
Orang-orang, yang Menginginkan Solusi Cepat, mungkin melupakan tujuan jangka panjang mereka, mimpi akan tetap menjadi mimpi, dan ”Indonesia Baru” akan Tetap Menjadi Slogan Saja Dan, ”Indonesia Baru” hanyalah sebuah Ilusi.
”Indonesia Baru” Selayaknya Menghormati Hak Asasi Manusia, menegakkan Supremasi Hukum, dan Memastikan Proses Demokrasi , yang Memungkinkan terciptanya “Partisipasi Masyarakat “ secara luas dalam menentukan Nasib Suatu Bangsa itu sendiri.
Hal Ini hanya dapat dicapai dengan “ Mengubah Struktur Dasar “ dari Mental dan Pola Pikir Masyarakat Indonesia yang Majemuk, Bukan hanya dari Sistem Kekuasaan dan Hukum, melainkan juga Budaya Dari Masyarakat itu sendiri.
Salah satu Contoh, Misalkan Dalam Perjuangan Melawan Korupsi, Seorang Pemimpin (Apapun Jabatannya Red.), harus Memiliki Komitmen yang kuat dan Punya Nyali untuk mengatakan ” TIDAK ” untuk Penyuapan, Bertanggung Jawab, juga Mematuhi Hukum yang berlaku di Negara Kita.
Dengan kata lain, Berperan Aktif untuk mewujudkan ” IMPIAN “ mereka tentang ”Indonesia Baru”, Artinya Masyarakat di tuntut untuk berperan Aktif dalam memilih Calon Pemimpin yang akan datang, agar tidak menjadi Boomerang bagi Masyarakat Surabaya Khususnya, Ucap Bachtiar kepada wartawan disela sela persiapannya kekentor. (DR.Djefry HL,STh,MA)