Metro Times (Purworejo) Akibat musim yang tidak menentu, sejumlah petani semangka di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah tahun ini mengalami kerugian hingga 60%. Seharusnya para petani setelah panen padi bisa mendapat omset tambahan. Namun saat ini keadaannya terbalik, mereka merugi akibat hasil panen mereka berkurang drastis.
Samiyem (55) salah seorang petani semangka dari Desa Tegal Aren Kecamatan Purwodadi, yang sedang menjajakan hasil panennya di jalan Purwodadi-Jatimalang mengaku merugi akibat musim yang tak menentu dan tidak bisa diprediksi.
“Tidak bagus ini mas (hasil panennya) karena kadang hujan kadang panas cuaca tidak menentu,” katanya saat ditemui media di lokasi ia menjual hasil panenannya. Minggu (25/10/20).
Lebih lanjut dikatakan Samiyem, hampir semua petani semangka di Purwodadi mengalami kerugian bahkan mencapai 50 sampai 60% persen. Hal itu disebabkan karena faktor cuaca. “Semangka banyak yang mati dan buahnya juga lebih kecil,” sebutnya.
Mayoritas petani di Kecamatan Purwodadi menanam 3 jenis semangka yaitu Semangka jenis Inul, Black Forest dan semangka Jenis Golden Memory. “Dari ketiga jenis itu yang paling diminati pembeli adalah jenis Golden Memory, Kalau lagi bagus panen bisa sampai 4 ton tapi sekarang hanya bisa 2 ton mas,” ujarnya.
Samiyem menjelaskan, masa tanam buah semangka adalah pada Bulan Agustus sampai Bulan Oktober, setelah masa tanam padi selesai. “Biasanya buah semangka bisa dipanen setelah 2 bulan masa tanam,” ngakunya.
Bahkan dikatakan Samiyem, pada musim panen seperti ini para petani langsung menjajakan hasil panennya di sepanjang jalan Purwodadi-Jatimalang sehingga para pengguna jalan bisa membawa oleh-oleh setelah pulang dari Pantai Jatimalang. Tidak hanya itu pemasaran semangka dari Purworejo ini sudah dikirim hingga luar kota Purworejo.
“Biasanya kita kirim ke daerah Sragen, Cilacap dan kota-kota lainnya,” katanya. (dnl)