Metro Times (Purworejo) Satu lagi even tingkat nasional digeber di Kabupaten Purworejo. Kali ini, kabupaten pesisir selatan Jawa tengah tersebut dipercaya menjadi tuan rumah Liga Perkutut Indonesia bertajuk “Jendral Achmad Yani Cup” 2019. Ajang pemilihan burung perkutut bersuara paling “merdu” tingkat nasional tersebut di langsungkan di lapangan Kawedanan Kecamatan Purwodadi Purworejo, Minggu (3/3/19) pagi.
Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 820 peserta asal tanah air ambil bagian dalam perlombaan kali ini. Para penghobi burung perkutut alias Kung Mania tersebut berasal dari Batam, Sumatera, Jawa, Bali, Jakarta, hingga Kalimantan, dan lain-lain.
Menariknya burung perkutut yang ikut dalam lomba bertaraf nasional tersebut harganya ratusan juta, bahkan di tahun 2016 ada perkutut di arena lomba ditawar seharga Rp 1,4 miliar milik Haji Tohir, saat itu burung tersebut mendapat perhatian khusus dari para Kung Mania. Salah satu “Kekuatan” utama P3SI terletak di Jatim, tutur Ketua Umum Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI), Mayjen TNI (Purn) Zainuri Hasyim, kepada metrotimes saat lomba berlangsung, Minggu (3/3/19) pagi.
Dikatakannya, animo masyarakat Purworejo terhadap burung perkutut sangat tinggi. Saat liga lomba perkutut digeber, maka yang berkompetisi hanya burung perkutut milik masing-masing peserta. “Sedangkan para pemilik burung bersilaturahmi, disini semua yang hadir tidak memandang dari suku atau ras, semuanya saudara. Mereka juga memanfaatkan even ini untuk berkunjung ke lokasi wisata seperti Pantai Jatimalang,” Kata Zainuri.
Oleh karena itu, penyelenggaraan lomba burung perkutut menimbulkan dampak ekonomi bagi daerah yang menjadi tuan rumah. “Contohnya saya sendiri. Saya lahir di Malang dan kini tinggal di Bandung, sekarang di Purworejo. Sesuai dengan perkembangan jaman Purworejo ini sudah sangat maju, tidak seperti 30 tahun yang lalu, saat itu saya menjabat Komandan Kodim 0708 Purworejo. Sebagai kota pensiunan, Purworejo ini sangat sejuk dan nyaman, suasananya sangat bersahabat,” ujar Zainuri.
Zainuri mengaku kagum dengan kondisi Purworejo saat ini sangat maju, apa lagi berdekatan dengan bandara internasional NYIA Kulon Progo. “Purworejo ini hebat. Saya berharap kedepan liga perkutut nasional bisa kembali digeber di Purworejo dengan tempat atau lokasi dekat dengan pusat kota, sehingga masyarakat dapat dinikmatinya, kalau disini terlalu jauh dan tersembunyi, kalau even sebelum-sebelumnya sangat ramai karena lokasinya selalu di pusat kota,” imbuhnya.
Smentara itu Bupati Purworejo Agus Bastian SE MM mengapresiasi digelarnya lomba seni suara alam burung perkutut Jendral Achmad Yani Cup 2019. Mudah-mudahan even ini bisa menjadi agenda tahunan, yang mampu menarik minat para kung mania dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara.
Perkutut adalah jenis burung berkicau yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Dalam budaya Jawa, perkutut termasuk burung kasta atas sebagai kelangenan (kesukaan) masyarakat. Suaranya yang khas membuat banyak warga masyarakat merasa tertarik untuk merawat serta memeliharanya.
“Burung yang dalam bahasa latin bernama Geopelia Striata itu dipercaya dapat mendatangkan berkah bagi sang pemilik. Bahkan, perkutut jenis tertentu diyakini memiliki kekuatan gaib dan dapat mempengaruhi seseorang yang merawatnya. Tradisi Jawa menyebutkan bahwa seorang lelaki sejati harus memiliki kelengkapan yang meliputi wisma (rumah/tempat tinggal), curiga (keris/ senjata andalan), kukila (burung), turangga (kuda/ kendaraan), dan garwa (istri/pendamping hidup). Perkutut dianggap sebagai burung yang paling layak mewakili unsur kukila dalam tradisi Jawa,” kata Bupati yang didampingi Ketua DPRD Purworejo Luhur Pambudi dan Camat Purmodadi.
Dengan semakin banyaknya penggemar perkutut menjadi salah satu bentuk pelestarian satwa asli Indonesia itu, maka muncullah lomba atau kontes burung perkutut di berbagai daerah. Perkutut yang menjadi pemenang biasanya harganya akan melambung tinggi, sehingga secara ekonomi bisa memberikan keuntungan yang menjanjikan.
“Momentum pelaksanaan Liga Perkutut Indonesia ini sangat pas. Sebab, Sabtu kemarin, Purworejo melangsungkan Festival Budaya memperingati Hut Purworejo ke 188 tahun. Penyelenggaraan lomba burung perkutut tingkat nasional ini menimbulkan multiplier effect cukup besar. Saya yakin, peserta berada di Purworejo selama dua hari ini berwisata dan berbelanja kuliner dan oleh-oleh khas Purworejo,” ujarnya.
“Ini melengkapi beberapa kegiatan di Purworejo. Kalau tahun depan kembali digelar di Purworejo, akan dilaksanakan jauh lebih baik dari penyelenggaraan kali ini,” janjinya.
Ketua Panitia Suwarto menambahkan, menjadi tuan rumah perhelatan Liga Perkutut Indonesia di Purworejo menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Purworejo.
Sebab, di saat banyak daerah lain di Indonesia berjuang menjadi tuan rumah, Purworejo justru mendapat kesempat oleh Pengurus Pusat P3SI menjadi tuan rumah. Senada dengan Bupati dan Mayjen Zainuri, Suwardi mengatakan menjadi tuan rumah perhelatan akbar tersebut membawa multiplier effect luar biasa bagi Purworejo.
Sebab, sebanyak 820 peserta rata-rata juga mengajak keluarga atau dua petugas pembawa burung perkutut tersebut. “Artinya, lomba ini juga mendatangkan ratusan wisatawan ke Bumi Purworejo, dan menikmati lokasi wisata yang, seperti wisata Pantai Jatimalang, semua Hotel penuh, belum lagi oleh – oleh khas Purworejo yang mereka beli, jadi dari even nasional seperti ini dari segi ekonomi sangat jelas meningkat pendapatan daerah,” pungkasnya.
Suwardi berharap tahun depan event ini bisa digeber lagi di Purworejo dengan arena yang dekat dengan pusat kota Purworejo. Biar masyarakat tahu even bergengsi skala nasional hadir di kota Purworejo. Jelas Suwardi.