MetroTimes (Surabaya) – Dalam sebuah acara talkshow bertajuk “Peran Digitalisasi dalam Halal Lifestyle” yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, beberapa narasumber berdiskusi mengenai pentingnya digitalisasi dalam menunjang gaya hidup halal di era modern.
Acara ini menyoroti bagaimana teknologi digital dapat mendukung berbagai aspek kehidupan masyarakat, khususnya yang berfokus pada industri halal. Mulai dari makanan, fashion, hingga jasa keuangan syariah, semuanya dipermudah dengan adopsi teknologi digital yang tepat.
Di antara para narasumber yang hadir adalah pakar industri digital, praktisi halal lifestyle, serta perwakilan dari sektor keuangan. Mereka membahas tantangan dan peluang yang muncul dengan semakin maraknya digitalisasi. Para peserta talkshow tampak antusias mendengarkan paparan mengenai tren halal lifestyle yang kini semakin mudah dijangkau melalui berbagai platform digital.
Melalui diskusi ini, diharapkan lebih banyak inovasi dalam sektor digital yang mendukung perkembangan gaya hidup halal, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya produk dan layanan halal yang berkualitas dan mudah diakses.
Dengan acara seperti ini, Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan ekonomi syariah dan halal di Indonesia yang tidak hanya ramah terhadap umat Muslim tetapi juga inklusif bagi semua kalangan.
Dalam sambutan Perwakilan Bank Indonesia Banten Ameriza M Moesa Kegiatan “Facial Festival Ekonomi Syariah 2024” merupakan salah satu acara tahunan yang rutin diadakan di Surabaya, mewakili Jawa. Perlu diketahui bahwa kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia, namun Surabaya menjadi yang terbesar karena mewakili seluruh wilayah di Jawa. Tahun ini, tema yang diusung adalah *”Sinergi untuk Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Syariah Regional Jawa.”*
Gaya hidup (lifestyle) semakin berkembang, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Jika mengacu pada *State of the Global Islamic Economy Report* tahun 2023/2024, konsumsi masyarakat Muslim dunia yang dipengaruhi oleh lisensi produk halal mencapai angka 2,3 triliun USD pada tahun 2022. Angka ini terutama didorong oleh konsumsi makanan halal yang tercatat mencapai 1,4 triliun USD, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 6%. Selain itu, sektor fashion juga mencatat transaksi sebesar 318 miliar USD, dengan pertumbuhan lebih dari 5%. Sektor lainnya adalah media dan rekreasi, yang tercatat dengan transaksi sebesar 247 miliar USD.
Konsumsi terhadap produk halal diperkirakan akan terus meningkat. Diperkirakan pada tahun 2027, transaksi global produk halal akan mencapai 3,1 triliun USD. Berdasarkan laporan yang sama, Indonesia menduduki posisi ketiga di dunia setelah Malaysia dan Arab Saudi dalam hal ekosistem terbaik yang mendukung pengembangan usaha ekonomi halal.
Pada tahun 2022, Indonesia mampu menduduki posisi kedua di dunia dalam hal daya saing usaha makanan halal, di bawah Malaysia. Hal ini tidak terlepas dari upaya penguatan ekosistem halal di Indonesia, yang didukung oleh digitalisasi sertifikasi halal dan pemasaran produk halal melalui platform e-commerce seperti Shopee Barokah, serta inovasi produk halal yang didorong oleh perkembangan teknologi informasi.
Namun, walaupun Indonesia berada di posisi ketiga dalam industri halal dunia, kita tidak boleh berpuas diri. Sebagai produsen, Indonesia masih tertinggal. Negara-negara non-Muslim seperti Brasil dan India justru menjadi produsen makanan halal terbesar. Ini menjadi tantangan bagi Indonesia, agar tidak hanya unggul dalam transaksi tetapi juga sebagai produsen utama produk halal.
Melihat potensi peningkatan gaya hidup halal secara global, baik di sektor makanan, fashion, keuangan, farmasi, dan lainnya, penguatan ekosistem halal di Indonesia menjadi semakin penting. Digitalisasi menjadi kunci akselerasi pengembangan ekosistem halal ini. Sebagai contoh, fintech telah mempermudah para investor untuk memberikan modal langsung kepada pengusaha tanpa perantara. Teknologi blockchain, dengan transparan.
(nald)