MetroTimes (Surabaya) – Pameran Batik Fashion Fair tahunan kini memasuki tahun kedelapan dengan tema “Multicultural Fashion,” membawa semangat dan tren terbaru untuk menyambut tahun 2025. Acara yang berlangsung di Exhibition Hall, Grand City Surabaya ini resmi dibuka pada 13 November 2024 dan akan berlangsung hingga 17 November 2024. Pameran lima hari ini menghadirkan sekitar 102 peserta yang mengisi 120 booth, dengan dukungan penuh dari berbagai asosiasi dan komunitas fashion.
Pameran kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Selain menampilkan batik bordir, fokus utama tahun ini adalah pakaian siap pakai atau apparel, termasuk kebaya dan berbagai busana jadi lainnya yang siap mengisi tren fashion di tahun 2025. Hal ini menandai inovasi dalam desain dan bahan yang mencerminkan perubahan gaya lebih modern dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
“Dengan tema ini, kami ingin menampilkan karya para pengrajin yang mengikuti tren terbaru, khususnya dalam bidang pakaian jadi. Event ini juga merupakan ajang promosi besar untuk memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas,” ujar Dadang M Kushendarman, Direktur Utama PT Debindo Mitra Tama, selaku penyelenggara acara ini. Ia menambahkan bahwa acara ini merupakan bagian dari komitmen Debindo Mitra Tama untuk mendukung industri kreatif lokal dan memperkuat posisi batik serta fashion lokal di pasar nasional dan internasional.
Diperkirakan selama lima hari penyelenggaraan, acara ini akan menarik sekitar 25.000 pengunjung, terlebih dengan adanya dukungan dari berbagai acara publik yang digelar bersamaan. Para pengunjung tidak hanya dapat melihat dan membeli produk secara langsung, tetapi juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pengrajin dan desainer, menggali inspirasi, dan memahami lebih dalam tentang proses kreatif di balik setiap produk.
Dari segi transaksi, pameran ini diprediksi memberikan dampak jangka panjang. Meski penjualan langsung di lokasi mungkin tidak begitu besar, diharapkan dalam tiga bulan ke depan, transaksi dapat mencapai hingga 4-5 miliar rupiah. Dengan demikian, acara ini juga diharapkan menjadi momen penting untuk menggerakkan industri fashion lokal, memfasilitasi hubungan antara pengrajin, desainer, dan konsumen.
Setelah sempat vakum dua kali akibat pandemi COVID-19, Pameran Fashion Multikultural ini hadir kembali dengan energi dan konsep yang segar. Ajang ini tidak hanya berperan sebagai tempat bertemunya para pencinta fashion, tetapi juga sebagai wujud nyata apresiasi dan dukungan bagi para pengrajin dan desainer lokal agar tetap eksis dan berkembang dalam industri fashion yang semakin kompetitif.
(nald)