- iklan atas berita -
Metro Times (Semarang) – Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Dalam website SIPN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) milik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Rabu, 11 Oktober 2023 pukul 18.48 tercatat 35,8 ton lebih sampah yang dihasilkan di seluruh kota di Indonesia dan hanya 62% nya yang terkelola.
Salah satu sumber sampah yang paling banyak menyumbang adalah sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga atau sampah dapur paling banyak dihasilkan dari sisa-sisa makanan baik itu dari buah-buahan maupun sayuran. Eco Enzyme merupakan jurus terbaik yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga yang bersifat organik.
Inilah alasan dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Angkatan 81 UIN Walisongo Posko 11 untuk menggaet ibu-ibu PKK Karangtengah dalam mengelola sampah dapur menjadi Eco Enzyme. Kegiatan pengelolaan Eco Enzyme ini diikuti oleh mahasiswa KKN Reguler Angkatan 81 Posko 11 Karangtengah dan PKK Karangtengah.
Tim Penggerak PKK Desa Karangtengah, Yuni Tri Sumarni menuturkan, Eco Enzyme adalah cairan hasil fermentasi bahan organik sisa makanan khususnya buah dan sayuran segar yang ditambahkan air dan gula merah atau molase dan didiamkan selama tiga bulan.
“Eco Enzyme ini muncul akibat permasalahan sampah dapur yang langsung dibuang tidak dikelola, Eco Enzyme bisa dimanfaatkan sebagai anti septik, pengharum ruangan. Bahkan kemarin ada pelatihan membuat bedak lulur dari eco enzyme disalah satu dusun di Karangtengah,” terang Yuni, Rabu (11/10).
Masih menurut Yuni, sampah dapur dari masyarakat dikumpulkan dan didiamkan selama kurang lebih tiga bulan, setelah jadi lalu dimasukkan kedalam botol bekas minuman. “Eco Enzyme ini bukan untuk diperjualbelikan, akan tetapi dipakai sistem barter jika masyarakat ingin menggunakannya,” tegas Yuni
Mya Putri selaku mahasiswa KKN UIN Walisongo yang mengikuti kegiatan tersebut mengklaim bahwa terobosan yang lakukan bersama-sama teman KKN dan Ibu-ibu PKK sangat menginspirasi bagi desa-desa lainnya, apalagi Eco Enzyme ini baru ada di desa Karangtengah saja. “Semoga kelak desa lainnya mengikuti langkah bagus ini,” harapnya. (af).