- iklan atas berita -

Metro Times (Gunungkidul) Kasi Perencanaan Korem 072/PMK Kolonel Arm I Made Gede Antara, S.Sos dan Dandim 0730/GK Letkol Inf Noppy Laksana Armyanto, S.H., memimpin karya bhakti pemasangan pipa hydran dari sumber air bersih Goa Pulejajar Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten. Gunungkidul, Kamis, (23/01/2020).

Disampaikan Dandim, daerah ini bila musim kemarau tiba akan mengalami kesulitan air, padahal disini terdapat sumber air bersih. Lokasi sumber air bersih yang berada di dalam Goa yang kedalamnya mencapai 1,2 belum bisa dimanfaatkan secara optimal.

Berawal dari keprihatinan tersebut maka Kodim 0730/GK bersama Pegiat Komunitas Merangkul Bumi (Kombi), Mahasiswa dan Komunitas Susur Goa dan komponen masyarakat lainnya berusaha untuk mengangkat air dari dalam Goa Pulejajar agar dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat sekitar goa.

Diceritakan Dandim, sumber air di dalam Goa Pulejajar pertama kali ditemukan pada tahun 208 oleh Kombi, salah satu komunitas pecinta alam asal Desa Jepitu. Kominitas ini menelusuri sejumlah goa yang berpotensi memiliki sumber air untuk mengatasi kekeringan yang terjadi tiap tahun. Debit air dalam goa ternyata sangat besar, yakni mencapai 30 liter per detik saat musim kemarau.

ads

Ketua Kombi, Rubiyanto, menuturkan sebelum ditemukannya sumber air bersih ini, warga Desa Jepitu sangat tergantung pada musim hujan. Saat musim hujan warga menampung air di bak penampungan untuk digunakan saat musim kemarau. Saat kemarau tiba dan persediaan air habis, warga terpaksa membeli dari pedagang air swasta.

“Meski sudah membeli, warga tetap harus antre mendapatkan pasokan karena minimnya sumber air”, ungkap Rubiyanto.

Senada dengan Rubiyanto, Kepala Desa Jepitu Sarwono juga menegaskan jika di desanya, setiap musim kemarau mengalami kesulitan air bersih dan harus membeli ke pihak swasta. Masyarakat harus membeli air dengan harga Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per tangki. Setiap tangkinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan selama dua minggu sampai satu bulan, tergantung jumlah keluarganya

“Setiap musim kemarau kami harus membeli air bersih dari tangki swasta karena sumber air di desa kami minim,” tegas sang Kades.

Komandan Kodim 0730/GK, Letkol Inf Noppi Laksana Armyanto kembali menegaskan bahwa di Gunungkidul bencana kekeringan sudah menjadi langganan. Untuk itu dibutuhkan upaya serius untuk mengatasi persoalan kekeringan, salah satu cara yang dilakukan dengan mengangkat sumber air bawah tanah yang berada di dalam goa untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Masih menurut Noppy, jajaran TNI AD bekerja sama dengan pihak terkait lainnya berusaha untuk mengangkat air dari sungai bawah tanah, air diangkat menggunakan systim grafitasi dari kedalaman 1,2 km didalam goa dan ternyata membuahkan hasil.

Dia berharap berhasilnya pengangkatan sumber air bersih ini, kedepan akan menjadi pilot projek dan menjadi acuan di wilayah lain demi mengatasi kekeringan yang melanda warga Gunungkidul dan wilayah lainnya.

Alhamdulillah berkat kerja keras dan yang melibatkan banyak pihak pada akhir tahun 2019 lalu, air dapat diangkat dari dalam goa dan ditampung ke penampungan setinggi 600 meter. Pompa hydran ini murni menggunakan tenaga grafitasi sehingga tidak membutuhkan BBM maupun listrik. Setelah ditampung di bak penampungan, air baru dialirkan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci, minum dan juga sebagian pengairan lahan pertanian.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!