- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Kasus virus demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Purworejo terus meningkat sejak Januari hingga Juli 2024. Tercatat enam orang meninggal akibat serangan nyamuk aedes aegipty tersebut.

Menyusul tingginya penyebaran virus dengue itu, pemerintah Kabupaten Purworejo diimbau melakukan pemberantasan jentik nyamuk secara serentak.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Purworejo, Nur Salim mengutarakan, sejak Januari hingga pekan ke 27 tahun 2024 tercatat sebanyak 1.789 orang terindikasi tertular virus dengue. Dari jumlah tersebut 1.748 warga diantaranya teridentifikasi terinveksi virus dan mengalami demam dengue DD. Berikutnya dari 1.748 warga yang terinveksi virus dengue itu 35 positif DBD dengan gejala yang lebih serius.

“Nah, dari 35 kasus itu enam orang diantaranya mengalami DSS atau dengue shock syndrome dan nyawa mereka tidak terselamatkan. Kalau sudah DSS itu vatalitasnya tinggi karena dari hasil identifikasi enam warga yang meninggal ini mengalami komplikasi,” ujarnya.

Enam warga meninggal dunia akibat DBD itu masing-masing dari Kelurahan Semawung Kecamatan Purworejo, Desa Kaliboto Kecamatan Bener, Desa Kali Glagah Kecamatan Kemiri, Desa Binangun Kecamatan Butuh, Desa Kuwurejo Kecamatan Kutoarjo serta satu desa di Kecamatan Gebang.

ads

Hingga saat ini, lanjut Nur Salim, penyebaran virus DBD di Purworejo masih tergolong tinggi dengan penambahan kasus yang cukup fluktuatif. Pemerintah terus gencar melakukan pencegahan dan pemberantasan.

“Minggu ini atau dalam sepekan terakhir masih ada penambahan 68 kasus baru. Minggu sebelumnya penambahan kasus baru diangka 80-an kasus dan minggu sebelumnya lagi ada 70-an. Sangat fluktuatif dan penambahanya masih tergolong tinggi,” ujarnya.

MUDAH MENULAR

Nur Salim menjelaskan bahwa, virus dengue cukup cepat menular melalui gigitan nyamuk aedes aegipty. Nyamuk ini cepat berkembang di genangan air bersih, dimana satu indukan nyamuk mampu menghasilkan telur hingga 200.

“Sejak telur keluar, jadi jentik dan menjadi nyamuk hanya butuh waktu tujuh hari. Nyamuk ini pun mampu terbang dalam radius 100 meter. Maka jika di satu wilayah ada warga yang terkena DB dia bisa menularkan ke warga lain dalam radius tersebut,” kata Nur Salim.

Untuk menekan angka pesakitan serta penyebaran virus ini, pemerintah daerah sejak jauh-jauh hari telah mengeluarkan surat edaran berupa imbauan kepada para camat serta desa agar melaksanakan gerakan serentak pemberantasan jentik nyamuk di rumah-rumah warga.

“Lingkungan menjadi kunci maka kami berharap seluruh warga, cukup sederhana yakni dengan rutin membersihkan bak kamar mandi di rumah masing-masing. Paling tidak tujuh hari sekali. Juga memastikan tidak ada genangan air di sekitar tempat tinggal,” katanya.

Ditanya apakah pemerintah daerah akan melaksanakan foogging atau pengasapan di setiap lingkungan. Nur Salim menyebut bahwa foogging sudah dilakukan di sejumlah lokasi. Menurutnya, foogging merupakan langkah terakhir setelah lingkungan warga benar-benar terbebas dari jentik nyamuk.

“Jangan sampai hasilnya percuma, makanya lingkungan harus bebas jentik nyamuk dulu. Setelah jentiknya benar-benar tidak ada barulah kita basmi indukan nyamuk yang masih berkeliaran dengan foogging,” pungkasnya.(dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!