- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Munculnya Keraton Agung Sejagat (KAS) di Kabupaten Purworejo tidak hanya berdampak negatif mengingat banyak warga pengikut KAS menjadi korban penipuan. Di sisi lain, heboh kasus KAS juga menjadi berkah bagi masyarakat setempat dan sekitarnya.

Banyaknya masyarakat dari berbagai daerah yang penasaran dan berduyun-duyun mendatangi lokasinya dimanfaatkan warga setempat untuk menjaring rupiah dengan berdagang atau membuka aktivitas usaha lainnya.

Ratusan pengunjung silih berganti mendatangi kawasan KAS di Desa Pogung Jurutengah Kecamatan Bayan, Rabu (22/1). Sejak pagi hingga petang sejumlah titik parkir yang dikelola warga tak penah sepi.

Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari wilayah Kecamatan Bayan. Dari nomor polisi kendaraaan terlihat banyak warga dari luar kota, seperti Kebumen, Magelang, Brebes, dan Jogjakarta. Informasi yang berkembang di masyarakat menyebutkan tidak sedikit pula pengunjung dari kota-besar lain seperti Jakarta dan Surabaya.

“Sejak keraton viral itu, sekitar seminggu lalu, langsung ramai, Mas. Banyak yang dari luar kota dan rombongan,” kata Darmanto (47), warga yang rumahnya berdekatan dengan bangunan keraton.

ads

Pengunjung bisa membludak sampai seribuan orang saat ada kunjungan pejabat. Seperti saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau lokasi pada Selasa (21/1). Bahkan, akses jalan sekitar keraton penuh sesak hingga sulit dilewati.

“Ada beberapa jalan untuk masuk ke kompleks keraton. Secara mandiri, warga yang memiliki lahan membuka tempat parkir. Ada sekitar lima titik,” sebutnya.

Dari membuka jasa penitipan kendaraan saja, Darmanto mengaku hasilnya sangat lumayan. Kendaraan roda dua dipatok tarif Rp2 ribu dan kendaraan roda empat Rp5 ribu.

“Selain parkir ini yang ketiban berkah juga warga yang berjualan, Banyak warga membuka lapak kecil-kecilan, ada kuliner, mainan anak, dan macam-macam, semua laris pokoknya,” ujarnya.

Jumlah lapak di sekitar lokasi mencapai puluhan layaknya pasar tiban atau dadakan. Para pedagang mengaku meraup untung berlipat-lipat sejak kali pertama berjualan sepekan lalu. Uniknya, untuk memikat pembeli, para pedagang menamai produknya dengan sebutan Keraton Agung Sejagat.

“Saya jual Es Keraton Agung Sejagat. Ini ada varian jus buah naga, alpokat, dan es campur. Ini banyak manfaatnya bagi kesehatan, ayo silakan dibeli,” gurau Puji Yahya, seorang penjual es saat menjajakan dagangannya di depan pagar keraton.

Pria yang tinggal di RT 3 RW 3 Desa Pogung Jurutengah ini mengaku dalam sehari mampu menjual sekitar 500 bungkus. Satu bungkus es dihargai Rp2 ribu. Hasil yang ia dapatkan jauh dari biasanya saat menjual es secara berkeliling atau mangkal di Pasar Grabag.
“Alhmadulillah ini jadi berkah bagi kita,” katanya.

Tidak hanya pedagang asli Pogung Jurutengah seperti Puji yang ketiban berkah. Pedagang lain dari luar desa juga merasakannya.

“Saya jual Geblek, Alhamdulillah pas hari pertama jualan habis 25 kilogam dan hari berikutnya sampai sekarang rata-rata bisa habis 35 kilogram,” kata Vita Oktaviana (38), pedagang Geblek asal Desa Jono.

Vita mengaku mulai mangkal berjualan di depan keraton sejak pagi hingga menjelang petang. Dalam sehari, omzet yang diraupnya mencapai Rp1 juta.

“Saya tidak menyangka ramainya bisa seperti ini. Padahal dulu sering lewat sini sangat sepi,” ucapnya.

Vita dan para pedagang lain berharap, keramaian di lokasi tersebut bisa bertahan. Pemerintah desa bisa mengemasnya menjadi destinasi wisata yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pengunjung.

“Kalau bisa yang tetap ada, jangan berhenti. Ini kan bisa menghidupkan ekonomi rakyat,” ungkapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!