Metro Times (Purworejo) Mau nyari untung malah bernasib buntung. Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan nasib dua orang pengusaha yang telah menginvestasikan uang hingga ratusan juta untuk membangun usaha kuliner di Desa Jogoboyo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo.
Keduanya adalah Yana Karyana dan Ali Ahmadi. Sekitar satu setengah tahun lalu mereka hampir menyelesaikan pembangunan rumah makan di tepian sungai Bogowonto yang berada di Desa Jogoboyo. Setelah itu mereka akan melaunching usaha kuliner dengan nilai invenstasi yang lumayan besar tersebut.
Sayang, harapan tersebut tak semulus realita yang mereka hadapi. Pasalnya, akses jalan masuk menuju usaha mereka rusak parah hingga susah untuk dilewati oleh kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Akibatnya, bangunan rumah makan yang sebagian besar menggunakan kayu dan bambu tersebut menjadi mangkrak dan rusak.
Kerusakan tersebut terjadi karena jalan milik desa tersebut merupakan akses keluar masuk kendaraan tronton dan alat berat menuju proyek Pengaman Muara Sungai Bogowonto Sisi Barat KSN YIA yang dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya dengan PT Bima Karsa sebagai sub kontraktor pelaksana teknis di lapangan.
“Bangunan yang saya buat sebagian besar menggunakan bambu dan berkapasitas 80 tempat duduk. Biaya pembangunannya sekitar 700an juta rupiah. Saat ini rumputnya sudah sekitar setengah meter karena mangkrak. Penyebabnya adalah akses jalan rusak berat dan tidak mungkin dilewati itu,” kata Yana kepada awak media, Jumat (10/6).
Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya sudah berupaya membuka komunikasi dengan berbagai pihak. Mulai pihak pemerintah desa hingga PT yang mengerjakan proyek tersebut. Namun meski sudah berkali-kali dilakukan dan tidak mendapatkan respon yang baik sehingga berpikiran untuk menempuh upaya lain.
“Harapan kami cuma satu. Jalan itu segera diperbaiki sebagai bentuk pertanggungjawaban PT terhadap masyarakat. Dan kami ingin selesaikan ini baik-baik, secara kekeluargaan. Kami juga tidak menuntut ganti kerugian. Tuntutan kami hanya perbaikan jalan,” keluhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh pihak Ali Ahmadi yang juga tengah membangun rumah makan di kawasan tersebut. Ia mengaku tidak pernah membayangkan jika jalan yang merupakan akses utama menuju rumah makannya itu akan menjadi rusak parah seperti sekarang ini.
“Terus terang saat itu kami tidak tahu kalau akan ada proyek ini. Pasalnya saat kami memulai membangun di lokasi tersebut tidak ada info soal ini,” katanya.
Ia menambahkan, di lokasi tersebut dirinya membangun joglo serta limasan untuk wisata kuliner dengan nominal hingga ratusan juta rupiah. Harapannya, dalam operasionalnya nanti baik dirinya maupun rekannya Yana berkomitmen untuk menggunakan tenaga kerja dari warga sekitar.
“Kami ini hanya pengusaha kecil. Jika akses jalannya dihambat seperti ini kami jelas sangat keberatan. Terlebih saat ini bangunannya juga mulai rusak sebelum beroperasi. Terus kalau seperti ini terus siapa yang akan bertanggung jawab?,” ujarnya.
Pihak PT Brantas Abipraya saat dimintai konfirmasi awak media Jumat (10/6) sore, membenarkan adanya kerusakan jalan Desa Jogoboyo karena adanya proyek Pengaman Muara Sungai Bogowonto. Namun demikian, pihak Abipraya menyebut bahwa itu bukan tanggung jawabnya karena sudah ada sub kon yang menangani.
Humas PT Bumi Karsa, Heri Prabowo mengungkapkan bahwa pihaknya tidak dapat berbuat banyak. Pasalnya ada larangan dari pemerintah dalam hal ini PPK di BBWSO untuk melakukan pengecoran jalan. Alasannya bahwa pekerjaan pengecoran jalan ini berkaitan dengan rencana proyek selanjutnya yakni pemasangan parapet sungai. “Dalam hal proyek ini kami hanya melakukan sewa tanah untuk akses. Dan kami terus melakukan perawatan. Dan memang untuk pengecoran jalan, kami tidak memiliki kewenangan. Perbaikan jalan akan dilakukan oleh pelaksana proyek pemasangan parapet dan wewenangnya ada di BBWSO, bukan di kami,” tandasnya. (dnl)