- iklan atas berita -

 

 

Metro Times (Denpasar) – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kota Denpasar. Kasusnya semakin tahun semakin meningkat dan cenderung terjadi kejadian luar biasa/wabah. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes Aegypti.

Obat untuk membasmi virus dengue belum ditemukan sedangkan vaksin untuk mencegahnya sangat mahal dan hanya dapat memberikan perlindungan 60% saja, sehingga satu-satunya cara jitu yang paling efektif dan efisien untuk mencegah dan mengendalikan DBD adalah dengan memberantas nyamuk Aedes Aegypti dengan membasmi jentik-jentik yang ada di tempat perindukannya, yaitu genangan air bersih dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) dengan cara 3M–Plus (menguras, menutup tempat penampungan air dan menyingkirkan/mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air hujan), plus menaburkan bubuk abate/larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, dan lainnya.

ads

Juru pantau jentik (Jumantik) dari Tim Jumantik Puskesmas I Denpasar Selatan yang dibentuk Dinas Kesehatan Kota Denpasar bersama – sama Tim Kesehatan dari Balai Kesehatan (BK) Lanal Denpasar Bali didampingi oleh Dansub Unit Intel, Anggota Pomal serta pengurus RT Rumdis R. Widianto Lanal Denpasar melaksanakan pengecekan dan penyuluhan langsung ke rumah-rumah Warga Perumahan Dinas R. Widianto Lanal Denpasar Bali Jalan Raya Sesetan 331 Denpasar Bali, Jumat siang (13/02/2020).

Kegiatan Tim Jumantik yang dipimpin oleh Ibu Ni Luh Gita Sandewi bersama anggotanya memiliki peran yang sangat penting dalam menekan terjadinya kasus demam berdarah di Kota Denpasar. Bahkan Jumantik memiliki peran strategis menekan kasus demam berdarah didalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan gerakan hidup bersih.

Menurut Tim Jumantik untuk pemberantasan sarang nyamuk sangat diperlukan mengingat minimal seminggu sekali menguras bak mandi atau air yang tergenang di sekitar rumah. Ini mengingat nyamuk dari bertelur sampai menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu 9-11 hari ujar tim Jumantik.

Dari pemantauan yang dilaksanakan oleh Tim Jumantik didapatkan beberapa temuan dari perumahan warga yang dapat digunakan berkembangbiakan nyamuk aedes aegypti seperti air yang menggenang di got-got warga, serta genangan air di barang-barang bekas yang tidak terpakai yang dapat menampung air saat hujan tiba.

Dari Tim Jumantik mengharapkan kesadaran warga untuk bisa melaksanakan giat bersih-bersih lingkungan sehingga perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti bisa diminimalisir dan masyarakat dapat terhindar dari wabah deman berdarah. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!