- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Adanya kecenderungan pergeseran pola peradaban sosial budaya pada era digital saat ini mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme di kalangan millenial. Mahasiswa sebagai insan intelektual yang rentan menjadi korban era digital diharapkan mampu membetengi diri dari kondisi tersebut sekaligus aktif berperan untuk menguatkan jiwa bela negara di lingkungannya.

Hal itu mengemuka dalam Webinar bertajuk “Penyuluhan Tentang Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan” yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) pada Rabu (8/6). Webinar dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Agus Budi Santoso SH MH, diikuti sekitar 550 mahasiswa semester II dan semester di atasnya yang sedang menempuh mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Hadir 2 orang pakar bela negara sebagai pemateri utama, yakni Komandan Kodim 0708/Purworejo, Letkol Inf Lukman Hakim SSos MSi, dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Dr Megawati SH MHum.

Dalam paparannya, Dandim menyebut tantangan bangsa saat ini cukup besar dan membutuhkan revitalisasi nilai-nilai patriotik di seluruh elemen masyarakat. Revitalisasi itu dapat diwujudkan dengan penguatan wawasan kebangsaan dan penerapannya pada sikap seluruh warga bangsa.

“Nah, pada konteks ini mahasiswa tidak boleh pasif. Harus aktif berperan,” tegasnya.

ads

Peran tersebut, lanjutnya, dapat direalisasikan pada berbagai bidang kehidupan. Sebagai contoh, pada bidang politik mahasiswa dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu dengan adil dan demokratis. Kemudian pada bidang ekonomi, mahasiswa dapat mendukung program pemerintah daerah, seperti penggunaan produk-produk lokal daerah.

“Pada bidang sosial dan budaya, misalnya kita harus mampu menumbuhkan rasa empati atau kepedulian terhadap sesama dan melestarikan budaya lokal,” tandasnya.

Megawati dalam paparannya menyampaikan materi terkait Bela Negara dalam Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan. Menurutnya, bela negara di kalangan pemuda atau mahasiswa saat ini masih cukup lemah. Indikasinya antara lain tidak memahami arti dari upacara peringatan hari besar negara, dimana Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk membangun negara.

“Kedua, masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia sehingga meningkatkan kenakalan remaj,” sebutnya.

Karena itu, mahasiswa harus dapat menguatkan jati dirinya sebagai pemuda Indonesia. Mahasiswa tidak boleh terpengaruh maraknya globalisasi yang mengepung dunia. Sebaliknya, mahasiswa hendaknya merevitalisasi perannya dalam bela negara berdasar wawasan kebangsaan.

“Jangan terpengaruh oleh arus budaya massa yang dapat menghilangkan integritas dan kualitas. Harus menjadi motivator dan motor perubahan bagi bangsa, bukan menjadi massa yang ikut-ikutan,” ungkapnya.

Sementara itu, Dosen Prodi Hukum selaku ketua panitia penyelenggara, Galih Bagas Soesilo SH LLM, menyebut webinar kali ini merupakan program UMP yang dimotori oleh Fakultas Ilmu Sosial. Webinar dengan menghadirkan para pakar digelar sebagai upaya UMP untuk memantik mahasiswa, khususnya mahasiswa baru, agar dapat mengenal sekaligus menyadari lebih dini terkait pentingnya bela negara bela negara.

“Kita lihat tantangan era digital ini memang sangat kompleks. Gelap gulita media sosial kadang menjadikan mahasiswa condong ke negara lain sehingga lupa negara sendiri. Karena itu, UMP sebagai pencetak generasi intelektual perlu menggelar acara webinar seperti ini, di samping juga program-program lain tentunya,” kata Galih. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!