- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Lakon teater berjudul “Bangjo” karya Harjito sukses dipentaskan Komunitas Teater Purworejo (KTP) di Auditorium Kasman Singodimedjo Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), Sabtu (2/7) malam. Mengangkat potret kehidupan wong cilik, pagelaran yang disutradarai oleh Agus Pramono itu tampil menggelitik ratusan penonton lewat kritik sosial yang dikemas dengan humor-humor segar.

Kisah bernuansa komedi satir dalam naskah Bangjo diusung secara total oleh para pemeran yang merupakan koloborasi antara KTP dan Teater Surya UMP. Masing-masing yakni Reni Puspita sebagai Yu Manis (pedagang angkringan), Melania Sinaring Putri sebagai Mbak Tari (WTS), Ananda Bagas Kusuma sebagai Kurniawan (pengamen bencong), Mahestya Andi Sanjaya sebagai Mas Darmo (tukang becak), Imam Ibnu Latif sebagai Prayitno (tukang sol sepatu), Raihan Farras sebagai Teguh (loper koran), Achmad Fajar Chalik (badut), dan Maryanto (penjual balon).

Penonton tidak hanya berasal dari Purworejo, melainkan sejumlah daerah sekitar seperti Kebumen, Magelang, Wonosobo, bahkan, ada yang dari Cilacap. Hadir hingga acara diskusi pascapentas antara lain Ketua DPRD Kabupaten Purworejo Dion Agasi Setiabudi, Kabid Kebudayaan Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih, sang penulis naskah yang juga pembina KTP, Harjito, serta sejumlah tokoh pegiat seni Purworejo.

Selama lebih kurang 1 jam pertunjukan, penonton seolah dipaksa betah menguras tawa menyaksikan dialog-dialog dan akting pemain. Pada beberapa adegan, penonton juga diajak berpikir serius tentang kehidupan. Pertunjukan makin hidup dengan penempatan tim musik yang menyatu dalam satu panggung permainan. Mereka adalah Gigih Tata BS, Dicky Dewa Kurniawan, Dhanar Dwi Prabowo, Wahyu Triambodo, Juan Al Kautsar, dan Fatih.

ads

Pentas produksi 15 tahun KTP malam itu mengambarkan betapa beratnya kaum marginal alias wong cilik dalam melakoni kehidupan. Sulitnya ekonomi membuat mereka harus berjibaku memungut rupiah dan menggantungkan hidup di sekitar lampu merah. Demi sesuap nasi dan impian mengubah nasib, mereka nekat menjadi pedagang angkringan, tukang becak, loper koran, tukang sol sepatu, badut, penjual balon, hingga WTS. Papan bertuliskan zona larangan tak dihiraukan, tetapi kejaran petugas selalu menjadi bayang-bayang ketakutan.

Kadang mereka iri dengan kehidupan ala orang kaya. Bahkan, tak jarang terbawa fantasi. Kondisi sosial dan ketidakadilan yang kerap tidak berpihak pun membuat mereka memberontak atas nasib buruknya masing-masing. Namun, akhirnya mereka tersadar bahwa menyalahkan keadaan hanyalah sia-sia. Bagai terbangun dari mimpi, mereka pun menerima keyakinan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya.

Sang Sutradara, Agus Pramono menyebut Naskah Bangjo adalah karya Harjito yang pernah meraih Juara 1 Lomba Penulisan Naskah Drama Kemendikbud Tahun 2013. Kendati masih banyak keterbatasan, ia merasa bangga dan lega karena dapat mengangkat karya asli penulis Purworejo di hadapan ratusan penonton.

“Penggarapan naskah realis seperti ini harusnya memang membutuhkan waktu yang cukup. Namun, berkat totalitas teman-teman, termasuk tim produksi, artistik dan lainnya, akhirnya kita mampu menyuguhkan pentas secara utuh,” sebutnya.

Pentas Teater Bangjo merupakan bagian dari even bertajuk Pekan Peran KTP Tahun 2022 dalam rangka mengisi hari jadi ke-15 KTP. Even dijadwalkan berlangsung sejak Mei hingga Juli dengan rangkaian kegiatan Bakti Teater, Silaturahmi Seni Selapanan, Lomba Cipta Naskah Drama Trofi Ketua DPRD dan Bupati Purworejo, serta Rekreasi Seni. Pada pentas teater kali ini, KTP mendapat dukungan dana fasilitasi dari Dindikbud Purworejo dan sejumlah sponsor lain.

“KTP yang lahir dan tumbuh sejak 15 Juni 2007 berkomitmen untuk terus melahirhadirkan upaya pelestarian seni, khususnya teater, di Kabupaten Purworejo. Seperti peristiwa budaya malam ini. Kami berterima kasih kepada semua pihak atas dukungan yang diberikan,” ujar Ketua KTP, Achmad Fajar Chalik.

Pada sesi diskusi usai pentas, Ketua DPRD Dion Agasi Setiabudi memberikan apresiasi terhadap konsistensi dan kiprah KTP. Apalagi, konsep yang dibangun KTP bukanlah pendidikan teater, melainkan teater pendidikan sehingga turut mencerdaskan generasi muda Purworejo melalui kesenian. Pihaknya pun berkomitmen untuk terus mendorong pemerintah daerah agar dapat memberikan fasilitasi dan kemudahan bagi para pelaku seni, seperti gedung pertunjukan yang representatif dan anggaran yang memadai.

“Pementasan malam ini sangat luar biasa, baik dari sisi keaktoran, pemanggungan, dan sebagainya. Meskipun dari menyaksikan lakon ini terus terang kami sebagai wakil rakyat merasa ditelanjangi, lewat kritik-kritik sosial yang disampaikan para pemain tadi seolah kita diingatkan bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang harus dipikirkan dan diperjuangkan,” ungkapnya.

Apresiasi senada disampaikan Kabid Kebudayaan Dindikbud, Dyah Woro Setyaningsih. Menurutnya, teater menjadi salah satu kesenian yang ampuh memberikan edukasi kepada masyarakat, kontrol sosial, serta pelestarian kebudayaan.

“Saya juga mengapresiasi KTP yang telah menggelar lomba cipta naskah drama dengan tema besar kebudayaan lokal menguatkan kebudayaan nasional. Kami akan terus berupaya untuk memfasilitasi dan menampung aspirasi teman-teman pelaku seni,“ tandasnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!