Metro Times (Purworejo) Dewasa ini pekerjaan sebagai petani kurang dilirik oleh para kaum milenial. Oleh sebab itu, sektor pertanian saat ini terus berbenah, terutama dalam hal modernisasi dalam bertani. Modernisasi ini sangat berpotensi menggaet para kaum muda agar tertarik dengan dunia pertanian. Modernisasi juga perlahan menghilangkan stigma buruk terhadap petani.
Hal itu disampaikan oleh anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina usai membuka Bimbingan Teknis bagi petani dan penyuluh pertanian, wilayah koordinasi Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), di aula Hotel Plaza Purworejo, Jumat (18/8).
“Kegiatan ini bimbingan teknis, pertumbuhan wirausaha muda khususnya di sektor pertanian untuk Kabupaten Purworejo. Iya pesertanya mayoritas milenial, se-Purworejo. Saya melihat (milenial) cenderung masih ogah-ogahan terjun ke sektor pertanian, maka kita berharap dengan kegiatan ini kita terus dorong mereka untuk melirik dan menekuni, bahkan juga ikut memajukan sektor pertanian,” terang politisi muda ini.
Vita mengatakan, pemerintah saat ini terus melakukan modernisasi pada sektor pertanian melalui mekanisasi alat dan mesin pertanian. Dengan itu, stigma negatif petani di mata kaum muda perlahan mulai menghilang.
“Iya karena masih dengan stigma lama bahwa pertanian itu agak susah, capek, kotor-kotoran, mungkin seperti itu dilihatnya. Kita dengan program pemerintah, kita berikan mekanisasi alat mesin pertanian misalnya, sehingga stigma itu mulai kita geser, bahwa bertani itu bukan berarti kotor-kotoran saja, tapi juga kita ada opsi dengan alat pertanian sehingga lebih cepat dan efektif,” jelas Vita.
Kabid Prasarana dan Penyuluhan, Dinas Pertanian Purworejo, Ari Sulistiani mengatakan, di Purworejo saat ini sedang digalakkan untuk petani muda sebagai kader pengganti petani tua yang semakin lama semakin sedikit. Menurutnya, petani milenial akan lebih kreatif dalam mengolah hasil pertanian mulai dari hulu ke hilir. Produk pertanian akan diolah dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
“Lonjakan demografi ini menjadikan peluang bahwa sebenarnya petani muda semangat sekali untuk bisa bertani, dengan mendekatkan hulu dan hilir, jadi kita konsepnya bertani dari hulu ke hilir, petani milenial akan lebih kreatif dalam hal mengolah dari hulu sampai hilir, kalau petani tradisional hanya cenderung menjual bahan mentah, tapi sebenarnya bisa diolah lagi dengan nilai ekonomis lebih tinggi menjadi bahan jadi,” katanya saat menghadiri Bimtek.
Trend positif juga terlihat di Kabupaten Purworejo dengan munculnya kelompok-kelompok petani muda.
“Sekitar 10 persen (petani) milenial di Purworejo. Tahun ini 14 kelompok (petani milenial) muncul, yaitu KEP (Kelompok Ekonomi Produktif),” sebutnya.
Bambang Sudarmanto, Direktur Polbangtan Yogyakarta Magelang menambahkan jika teknologi juga harus dimaskukkan ke sektor pertanian untuk menggaet para petani muda. Para petani muda ini nantinya juga akan lebih tanggap dalam mengatasi permasalahan-permasalahan di sektor pertanian, salah satunya seperti perubahan iklim yang ekstrim.
“Untuk petani milenial mengapa kita terus menggalakkan dan memotivasi, harapannya tadi kesan petani yang miskin, berat, itu akan kita rubah, tentu teknologi harus masuk,” katanya usai pembukaan Bimtek berlangsung. (Dnl)