- iklan atas berita -

 

Oleh Prof. Dr. Jola Rahmahani, drh., M.Kes

MetroTimes (Surabaya) – Penyakit rabies merupakan penyakit viral yang menyerang sistem syaraf pada mamalia dan merupakan penyakit zoonosis. Penyakit rabies berakibat fatal karena mampu menyebabkan kematian serta merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian dari Badan Organisasi Kesehatah Dunia (WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (WAHO) karena menjadi permasalahan di beberapa negara dengan berbagai level resiko. Diseluruh dunia, diperkirakan terjadi 40.000-70.000 kasus kematian akibat rabies yang ditularkan ke manusia setiap tahunnya, oleh karena itu dalam rangka pemberantasan rabies pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai Indonesia bebas rabies tahun 2030, salah satunya melalui program vaksinasi.

Pemberatasan rabies melalui program vaksinasi di Indonesia masih mengalami berbagai hambatan yang dapat ditinjau dari aspek budaya, sosial dan ekonomi seperti keragaman budaya memberikan perbedaan cara pandang masing-masing suku bangsa terhadap anjing sebagai hewan penular utama rabies yang mana meningkatkan kerentanan terinfeksi dan sebagai bahan konsumsi (Widyastuti, et al. 2015, Taguela dan Susetya 2012, Dibia, et al. 2015). Kendala pemberantasan dari aspek teknis terkait dengan status vaksinasi rabies, interaksi dengan anjing lain, kondisi fisik anjing, jumlah anjing yang dipelihara dan pemeriksaan fisik, tidak terkendalinya populasi hewan penular rabies dan hewan peliharaan yang dilepasliarkan, cara pemberian vaksin, manajemen rantai dingin dan pengiriman vaksin ke daerah terpencil, dan  kurangnya sumber daya (Dibia, et al. 2015, Kementrian Pertanian; Food and Agriculture Organization; World Animal Protection 2019).

Pemberian vaksin sampai saat ini di Indonesia masih terbatas menggunakan metode parenteral yang memiliki beberapa hambatan dari segi efektifitas maupun efisiensi waktu, biaya, dan tenaga, terutama vaksinasi pada anjing liar atau tidak berpemilik (DIRKESWAN 2015). Untuk itu diupayakan langkah-langkah untuk menanggulangi permasalahan tersebut salah satunya dengan uji coba penerapan vaksin oral rabies pada anjing-anjing liar dan dilepasliarkan (Kementrian Pertanian; Food and Agriculture Organization; World Animal Protection 2019) (Wallace, et al. 2020).

ads

Pengembangan vaksin di Indonesia memiliki tantangan sendiri terutama dalam menentukan galur vaksin rabies yang bisa digunakan di Indonesia. Galur viurs rabies yang digunakan di Indonesia merupakan galur Pasteur namun analisa filogenetik menunjukkan adanya kekerabatan yang rendah dengan virus yang bersikulasi di Indonesia karena ada ditemukan adanya mutasi yang menyebabkan eksplorasi kandidat vaksin rabies isolat Indonesia kedepannya sangat diperlukan. Studi filogenetik oleh Rahmahani, et al, (2019), menunjukkan kedekatan sangat tinggi antar wilayah di Indonesia dan secara genetik virus rabies Indonesia mempunyai hubungan satu sama lain, walaupun kondisi geografis Indonesia bervariasi serta potensi dari isolat lokal rabies telah ditinjau melalui prediksi epitop yang kemudian menghasilkan dua galur yang berpotensi dalam pemberantasan rabies di Indonesia. Penggunaan isolat asli dari Indonesia merupakan poin penting vaksinasi dalam mengontrol rabies di Indonesia (Rahmahani, et al 2019; Susetya, et al, 2005).

Penelitian surveilans virus rabies di Indonesia merupakan faktor penting dalam menentukan galur virus rabies untuk vaksinasi kedepannya karena Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang berpotensi adanya perbedaan jenis virus rabies yang bersirkulasi di setiap pulau, seiring dengan hal tersebut pengembangan vaksin yang tepat diharapkan mampu berperan aktif dalam menurunkan kasus rabies di Indonesia. Kerjasama antar sektoral, penelitian, pendanaan yang memadai serta surveilans dan pendaataan yang lengkap menjadi langkah awal dalam pemberantasan rabies di Indonesia diikuti dengan pengembangan vaksin sangatlah diperlukan untuk menghentikan penyebaran rabies pada hewan dan menyelamatkan jiwa manusia dari kematian akibat gigitan hewan penular rabies.

Referensi :

Dibia, I Nyoman, Bambang Sumiarto, Heru Susetya, Anak Agung Gede Putra, dan Helen Scott-Orr. 2015. “Faktor-Faktor Risiko Rabies pada Anjing di Bali.” Jurnal Veteriner 16 (3): 389-398.

DIRKESWAN. 2015. Pedoman Pengendalian dan Penanggulangan Rabies. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Kementrian Pertanian; Food and Agriculture Organization; World Animal Protection. 2019. Masterplan Nasional Pemberantasan Rabies di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian.

Rahmahani, Jola, Suwarno Suwarno, and Fedik Abdul Rantam. 2019. “Epitopes Prediction According to Glycoprotein Encoding Gene of Rabies Virus Local Isolates as Vaccine Candidate against Circulating Rabies Virus In Indonesia.” Indian Vet Journal 96 (09): 14-16.

Rahmahani, Jola, Suwarno Suwarno, Wiwik Misaco Yuniarti, and Fedik Abdul Rantam. 2019. “Antigenic site of nucleoprotein gene from Indonesian rabies virus isolates.” Veterinary World 12 (5): 724-728.

Susetya, H. I Naoto, M Sugiyama, dan N Minamoto. 2005. “Genetic Analysis of Glycoprotein Gene of Indonesian Rabies Virus.” Indonesia J Biotechnol 10 (11): 795-800.

Taguela, Astri Dwyanti, dan Heru Susetya. 2012. “Rabies.” Dalam Epidemiologi Zoonosis Di Indonesia, disunting oleh Dyah Ayu Widiasih dan Setyawan Budiharta, 49-73. Yogyakarta: UGM Press.

Wallace, Ryan M, Florence Cliquet, Christine Fehlner-Gardiner, Anthony R Fooks, Claude T. Sabeta, Alvaro Aguilar Setien, Changchun Tu, et al. 2020. “Role of Oral Rabies Vaccines in the Elimination of Dog-Mediated Human Rabies Deaths.” Emerging Infectious Diseases 26 (12).

Widyastuti, Maria Digna Winda, Kevin Louish Bardosh, Sunandar, C Basri, E Basuno, A Jatikusumah, R. A. Arief, et al. 2015. “On dogs, people, and a rabies epidemic: results from a sociocultural study in Bali, Indonesia.” Infectious Diseases of Poverty 4 (30).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!