- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Pemerintah Kabupaten Purworejo saat ini sedang berperang dengan penyebaran kasus Demam Berdara Dengue (DBD). Sejak Januari 2024 hingga saat ini tercatat sudah 1748 warga Purworejo terpapar dan enam diantaranya tak terselamatkan.

“Ya Purworejo saat ini sedang siaga DBD. Kami mengajak masyarakat untuk sama-sama melakukan pencegahan,” kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Purworejo, Nur Salim Senin (15/7).

Ia mengemukakan, sejak Januari 2024 hingga saat ini kasus terindikasi DBD tercatat sebanyak 1.789. Dari jumlah tersebut 1.748 warga diantaranya teridentifikasi terinveksi virus dengue atau DBD ringan. Berikutnya dari 1.748 warga yang terinveksi virus dengue itu 35 positif DBD dengan gejala yang lebih serius.

“Nah, dari 35 kasus itu enam orang diantaranya mengalami DSS atau dengue shock syndrome dan nyawa mereka tidak terselamatkan. Kalau sudah DSS itu vatalitasnya tinggi karena dari hasil identifikasi enam warga yang meninggal ini mengalami komplikasi,” ujarnya.

Enam warga meninggal dunia akibat DBD itu masing-masing dari Kelurahan Semawung Kecamatan Purworejo, Desa Kaliboto Kecamatan Bener, Desa Kali Glagah Kecamatan Loano, Desa Binangun Kecamatan Butuh, Desa Kuwurejo Kecamatan Kutoarjo serta satu desa di Kecamatan Gebang.

ads

“Mereka semua perempuan, dengan usia yang paling mudah ada 8 tahun dan yang paling sepuh usianya 100 tahun,” bebernya.

Hingga saat ini, lanjut Nur Salim, penyebaran virus DBD di Purworejo masih tergolong tinggi dengan penambahan kasus yang cukup fluktuatif. Pemerintah terus gencar melakukan pencegahan dan pemberantasan.

“Minggu ini atau dalam sepekan terakhir masih ada penambahan 68 kasus baru. Minggu sebelumnya penambahan kasus baru diangka 80-an kasus dan minggu sebelumnya lagi ada 70-an. Sangat fluktuatif dan penambahanya masih tergolong tinggi,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui sejak beberapa bulan terakhir Kabupaten Purworejo sudah memasuki musim kemarau, bahkan pada beberapa hari belakangan suhu udara di daerah ini terasa cukup dingin. Saat kemarau atau pada suhu dingin biasanya produktifitas nyamuk termasuk aedes aegipty yang menjadi vector penyabaran virus dengue akan berkurang. Namun ditengah musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung, penyebaran virus dengue di Purworejo masih terus berlangsung.

“Barang kali di sini masih terpengaruh oleh irama hujan. Beberapa pekan lalu kan Purworejo ada hujan. Itu yang mungkin membuat siklus perkembangan nyamuk meningkat termasuk nyamuk aedes aegipty,” katanya.

Menurut Nur Salim, peran serta perangkat desa dan masyarakat sangat diharapkan untuk mencegah penyebaran virus dengue di seluruh wilayah Purworejo. Penyebaran virus tersebut disebut cukup cepat seiring dengan perkembangbiakan nyamuk aedes aegipty.

“Satu indukan nyamuk aedes aegipty mampu menghasilkan telur hingga 200 butir. Kalau ada indukan aedes aegipty yang terjangkit virus dengue, maka anak-anaknya otomatis sudah menyimpan virus itu dan bisa menularkan kepada manusia,” katanya.

Ia menambahkan, nyamuk pembawa penyakit ini mampu terbang hingga radius 100 meter. Jika ada satu kasus DBD di sebuah wilayah maka masyarakat di radius 100 meter berpotensi untuk tertular.

“Maka pencegahan harus dilakukan serentak oleh seluruh warga di setiap desa/kelurahan dan di seluruh wilayah Purworejo,” kata dia pula.(dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!