- iklan atas berita -

 

MetroTimes (Surabaya) – Sekitar 800 orang siswa SD dan SMP terdaftar sebagai peserta kegiatan Penganugerahan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2022 yang menghadirkan dua kategori.

Untuk merebut gelar Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2022 yang diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Tunas Hijau dan Pemkot Surabaya, Rastiti Puji Pratiwi, (Nomor Peserta: 006) Kelas 4A NCP, SD Labschool UNESA 2 – Lidah Wetan – Surabaya melakukan sosialisasi pada kegiatan Posyandu Melati 6 di Rusun Sumur Welut, Kelurahan Sumur Welut, Kecamatan Lakar Santri, Kota Surabaya, Kamis (16/6/2022).

Rastiti Puji Pratiwi, (Nomor Peserta: 006) Kelas 4A NCP, SD Labschool Unesa 2 mengatakan, Proyekku judulnya Komposting Ting, yang artinya adalah pengoplosan sampah organik menjadi media tanaman. Memilih lingkungan hidup karena tertarik, hobi dan aku itu senang nanam. Jadi kayak tertarik ingin budidaya tanaman pangan.

ads

Dalam Sosialisasi dan Demo Komposting Ting, “Saya memanfaatkan sampah organik yang diolah menjadi pupuk, dengan komposter terukur 2 : 1, sehingga budidaya tanaman pangan di pekarangan bisa dilakukan dengan memanfaatkan kompos hasil komposting,” terang Rastiti kepada ibu-ibu di Posyandu Melati 6.

 

Ia melanjutkan, Memanfaatkan hasil panen dan olahan tanaman pangan, maka hasil petik bisa dikonsumsi langsung atau dimasak (sayur), dan juga bisa diolah menjadi produk, Tomat-Thik Ting (camilan tomat anti Stunting), Sambal-Think Ting (sambal anti Stunting), Ombén-Think Ting (minuman sehat herbal anti Stunting), Clêguk-Think Ting (minuman berkhasiat anti Stunting), Bayam-Think Ting (camilan bayam anti stunting), Terong-Think Ting (camilan terong anti stunting), serta kompos-Think Ting (kompos hasil proyek komposting Ting).

Pada kesempatan sosialisasi ini Rastiti juga melakukan aksi bagi-bagi bibit aneka tanaman pangan: tomat, seledri, terong, bayam, gambas, cabai.
Yang tak kalah seru juga berbagi produk olahan pangan dari pekarangan.

Peserta sosialisasi dan demo Komposting Ting, berjumlah 55 orang terdiri dari ibu dan balita, petugas Puskesmas Bangkingan, dan pastisipan lain.

“Harapan ikut lomba, aku berharapan semoga stanting berkurang di wilayah Surabaya dan juga di Indonesia,” tandanya.

Melestarikan Lingkungan itu Amazing, Mencegah Stunting itu Penting, Melalui Proyek Komposting Ting.

Rastiti menyampaikan Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Mencegah stanting dengan Komposting Ting.

Proyek Komposting Ting sudah berjalan sejak akhir Februari sampai sekarang dan sudah sosialisasi ke 700 orang, yang berada di wilayah Kelurahan Bangkingan, Kelurahan Sumber Welut dan rest area tol wilayah Probolinggo.

Sudarmaji orangtua Rastiti mengatakan, sosialisasi dan demo Komposting Ting dengan sasaran utamanya di daerah rawan stanting. Dan adanya arahan dari Dinas Kesehatan Surabaya bahwa di Kecamatan Lakasantri, yang daerah rawan stanting data terkini itu di wilayah Sumur Welut sama Kelurahan Bangkingan. Sehingga kami melakukan di dua wilayah tersebut.

“Kami semua harus peduli lingkungan, minimal dari rumah setelah berbuat mengelola sampah organik dan bisa budidaya tanaman walaupun di kota. Karena Budidaya tanaman bisa dari pekarangan, sehingga bisa menjaga status gizi yang baik untuk setiap keluarga dimanapun. Kalau semua keluarga bisa berbuat seperti itu maka tidak ada kasus gizi buruk atau stanting. Dan lingkungan tetap lestari,” ujarnya.

“Anak-anak kalau bisa peduli terhadap lingkungan itu sejak dini. Sekarang anak-anak sudah tidak jijik lagi dengan kotor-kotor seperti sampah. Setiap minggu kami bersih-bersih pantai sudah enjoy, di pantai Kenjeran sudah akrab dengan sampah. Dan sampah itu memang fenomena yang nyata dan tidak harus dihindari tapi disikapi dengan baik,” harapannya.

Sementara Pembina Lingkungan SD Lebschool Unesa Antan Adi Pujianto, menyampaikan, Rastiti mempunyai ide yang bagus. Dimana idenya ini belum ada di Tunas Hijau. Jadi untuk diintegrasikan pada kesehatan stanting. Dan Rastiti aktif juga di aksi-aksi lingkungannya.

Perekrutan lomba ini dilihat dari ide-ide yang dimunculkan oleh para siswa, ide menarik untuk lingkungan dan mempunyai dampak bagi banyak orang. Jadi itu yang diambil oleh Tunas Hijau.

Yang ikut dari SD Labschool Lidah, kemarin ada lima tapi yang lolos untuk saat ini hanya tiga. Sekarang memasuki babak Semifinal kemudian final setelah itu grand final.

Adi menjelaskan, tantangan yang dilalui para peserta itu adalah semakin banyak melakukan pengembangan produk, sehingga peserta harus juga mengeluarkan ide-ide untuk pengembangan produknya. Dan juga dampaknya untuk lingkungan lebih dibesarkan lagi. Kemudian mengedukasi kepada masyarakat.

Adi berharap dengan adanya ide yang dibawakannya Rastiti ini bisa menginspirasi orang-orang untuk ikut melakukan kepedulian lingkungan dan juga memunculkan ide-ide baru dari mereka sendiri untuk dikembangkan sehingga kelestarian lingkungan ini tetap terjaga. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!