- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Purworejo mencanangkan Gerakan Sekolah Ramah Anak bagi seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Purworejo. Adanya gerakan tersebut diharapkan mampu menjamin kenyamanan dan keamanan anak di sekolah sekaligus mencegah tindak perundungan atau sejenisnya seperti yang terjadi di salah satu SMP di Kecamatan Butuh.

Prosesi pencangan secara simbolik dilakukan Kepala Dindikpora Purworejo Sukmo Widi Harwanto SH MM bersama Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP di Aula SMP Negeri 1 Purworejo, Senin (17/2). Dalam kesempatan itu para kepala sekolah SMP bersepakat untuk kembali menertibkan atau menyempurnakan kembali aturan-aturan yang selama ini berlaku di masing-masing sekolah.

Sukmo Widi menyebut, ada sebanyak 43 SMP negeri dan 47 SMP swasta se-Purworejo yang dicanangkan menjadi Sekolah Ramah Anak. Gagasan pencanangan muncul dari hasil koordinasi antara Dindikpora dengan MKKS SMP menyusul adanya insiden perundungan siswa belum lama ini.

“Harapan saya setelah ini kepala sekolah beserta tenaga pendidik dapat memaksimalkan peran BK (bimbingan konseling) dan melakukan optimalisasai guru untuk mengantisiapasi tindakan-tindakan perundungan atau yang tidak berpihak kepada anak,” sebutnya.

Menurutnya, masing-masing SMP sudah pernah mencanangkan sekolah ramah anak. Aturan-aturan terkait itu pun sudah berjalan.

ads

“Jadi, pencanangan kali ini lebih bersifat penyegaran kembali. Kami ingin mengingatkan kembali kepada sekolah agar lebih peduli lagi,” tegasnya.

Ketua MKKS SMP Kabupaten Purworejo, Sutarto MPd, mengungkapkan hal senada. Menurutnya, seluruh sekolah selama ini telah memiliki aturan atau tata tertib sesuai dengan karakteristik masing-masing. Upaya-upaya untuk mewujudkan sekolah ramah anak pun dilakukan melalui berbagai cara.

Hanya saja, terkait optimalisasi peran BK belum banyak sekolah yang mampu melaksanakannya mengingat keterbatasan guru BK.

“Guru BK di sekolah ini memang sangat terbatas. Sebagai contoh salah satu SMP sekarang ada yang tidak punya guru BK karena baru saja pensiun. Di SMPN 1 ini juga punya 1 guru BK, itu pun hampir pensiun,” jelasnya.

“Padahal, lanjutnya, sesuai aturan idealnya 1 guru BK melayani maksimal 150 anak,” lanjutnya.

Sutarto berharap kondisi tersebut dapat disikapi bersama. Adanya pencanangan kali ini diharapkan mampu meminimalisasi dampak keterbatasan guru BK dengan optimalisasi tenaga pendidik yang ada.

“Kita berharap dunia pendidikan di Purworejo ini betul-betul bebas dari perundungan anak. Kita bangun suasana yang nyaman, aman, dan kondusif bagi anak maupun guru dalam aktivitas belajar mengajar,” ungkapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!