- iklan atas berita -

Jakarta – Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara sekaligus Guru Besar Sekolah Tinggi Hukum Militer, Hendropriyono, menyebut George Soros akan bergerak lagi. Gerakan ini merupakan proyek yang paling penting baginya sebagai warisan kepada dunia.

Di usianya ke-90 tahun, kata Hendropriyono, Soros bertekad untuk terus menebar liberalisme, walau mungkin kelak harus dari liang kuburnya.

“Dengan dana US $ 1 miliar pada November 2020 yang baru lalu, Soros membentuk OSUN (Open Society University Network) untuk menghancurkan nasionalisme. Ia telah mempersiapkan Bard College New York di AS dan Central European University di Vienna Austria, untuk penghayatan filsafatnya di seluruh dunia. Bangladesh dan Taiwan dibuat sebagai pancangan kaki gerakannya di Asia,” ujar Hendropriyono.

Lanjut Hendro, sebagai sasaran, direncanakan para akademikus yang hidup sengsara dan merasa tertindas secara politik atau ekonomi. Spekulan kapitalis yang lihay ini menunjuk Lord Mark Brown sebagai ketua baru yayasan yang membidangi proyek tahun 2021-nya. Proyek anti nasionalisme tersebut juga bertujuan federalisasi Eropa dan liberalisasi sistem peradilan dunia.

“Nasionalisme kita mengutamakan keamanan dan kesejahteraan bersama, dengan saling asah, asih dan asuh dalam kehidupan yang toleran terhadap perbedaan suku, ras, golongan dan agama. Adapun liberalismenya Soros mengutamakan kepentingan bangsanya, yaitu Amerika Serikat yang kapitalistik dan kepentingan individu, untuk bebas bersaing dan sama haknya dengan kita, bahkan di negara kita sendiri,” kata Hendropriyono.

ads

Hendropriyono menerangkan, pada tahun 1997, George Soros telah menghajar sistem keuangan Thailand melalui Quontum Fund, yang dua bulan kemudian berimplikasi langsung terhadap Indonesia.

“Ekonomi kita dulu runtuh dari indikator pertumbuhan yang plus 6% menjadi -13%. Penderitaan rakyat yang sangat pahit itu tidak ingin kita alami lagi,” katanya.

“Penjajahan filsafati tersebut berimplikasi langsung pada realitas ekonomi. Karena itu, ia menyebut filsafatnya sebagai refleksitas, yang intinya bahwa pelaku pasar tergantung pada persepsinya terhadap realitas bukan sebaliknya. Hanya dengan mendalami secara akademik dan menghayati serta mengamalkan Pancasila, konstruksi sosial kita tentang nasionalisme akan cukup tangguh menghadapi gempuran Soros tersebut,” kata Hendropriyono.

“Soros bahkan menyebut nama orang-orang yang bisa dihubungi untuk rencananya tersebut. Kita berharap tidak ada oknum individu ataupun LSM yang tega berkhianat kepada bangsanya sendiri, Indonesia,” tutup Hendripriyono. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!