- iklan atas berita -

 

MetroTimes (Surabaya) — Menurut BNNK Surabaya kasus narkoba yang melibatkan anak-anak di masa pandemi Covid-19, mengalami peningkatan. Ini akan sangat memprihantinkan dan mengkawatirkan untuk generasi bangsa di masa depan.

Melihat bahaya narkoba untuk generasi muda, Siti Anggraeni Hapsari atau yang akrab dipanggil SAH mengatakan, bahaya narkoba sangat mengkhawatirkan untuk merusak generasi muda bangsa Indonesia, baik yang remaja, maupun yang masih anak-anak.

Sasaran narkoba bukan hanya orang dewasa saja, bahkan anak-anak yang belum mengetahui apa itu narkoba, apalagi barangnya, tetapi oleh bandar dan pengedar sudah di tarik kedalaman pusaran jaringan narkoba.

“Anak-anak SD dan SMP paling rentan untuk dipakai oleh pengedar narkoba. Anak-anak ini paling kasihan menjadi korban, sehingga masa depan maupun cita-cita mereka akan hilang, kalau tidak ada perhatian dan penanganan serius dari pemimpin yang harus mengayomi warga generasi bangsa,” terang SAH disela-sela kesibukannya yang maju Calon Wakil Walikota Surabaya 2020, di Surabaya, Senin (6 /7).

ads

Menurut SAH, sekarang pemahaman mengenai bahaya narkoba seperti itu adalah tugas dan kewajiban dari kedua pendidik, ialah pendidik formal dan pendidik informal. Kalau pendidik formal itu didapat oleh guru-guru di sekolah. Sedangkan pendidikan informal, itu didapat dari orangtua, keluarga, dan lingkungan bermain.

“Saya rasa anak-anak harus diberi pemahaman dari dua lini itu formal dan informal. Formal harus ada, mata pelajaran tentang bahaya narkoba, bisa dimasukkan ke dalam satu kurikulum, PPKN, Budi pekerti, hal-hal demikian itu harus disinggung, termasuk diantaranya agama juga harus dimasukkan. Jadi kalau orang itu sudah taat beragama, tahu agama itu bisa membedakan, mana yang bisa dilakukan, mana yang tidak, mana yang dilarang, mana yang tidak,” jelasnya.

Lebih lanjut SAH menyampaikan, anak-anak SD dan SMP yang masuk dalam jaringan norkoba karena mereka pernah merasakan hasilnya seperti dengan diberi iming-iming sejumlah uang yang banyak, imbalan yang bisa memuaskan gaya hidup remaja, akhirnya itu yang menjerumuskan mereka ke dunia obat-obat terlarang.

“Untuk pendidikan informal orangtua harus menjalin komunikasi ke anak-anaknya, karena dengan menjalin komunikasi kita tahu perilakunya anak-anak ini ada perubahan apa tidak, ada yang lain atau tidak. Orangtua komunikasi itu macam-macam caranya, misal kalau ada waktu senggang orangtua dan anak duduk ngobrol segala sesuatu, itu salah satunya cara kita bisa tahu anak-anak ini komunikasi baik tidak, secara sosial baik tidak, cara berfikirnya,” papar SAH.

“Kita pahami kondisi pandemi Covid ini adalah kondisi yang memang force majeure, kondisi yang memang terpaksa seperti ini, tetapi kita sebagai orangtua, harus memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang kreativitas anak yang pasti positif walaupun di rumah. Bisa seperti mengaji, sholat, sesuai dengan agama masing-masing, dan kegiatan-kegiatan yang lain termasuk olahraga di rumah, untuk anak putri membantu memasak,” imbuhnya. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!