- iklan atas berita -

 

Oleh : Prof. Dr. Endang Suprihati, drh., M.S.

MetroTimes (Surabaya) – Leucocytozoon adalah parasit protozoa darah termasuk famili Plasmodiidae yang menyerang unggas. Pada ayam ras, L. caulleryi adalah  protozoa yang sangat pathogen, ditularkan oleh gigitan  Culicoides spp., sering terjadi di beberapa negara Asia termasuk Indonesia.  Pada industri perunggasan, munculnya Leucocytozoonosis pada ayam ras merupakan ancaman serius, bisa menyebabkan kematian, menimbulkan kerugian besar dalam bentuk penurunan berat badan dan kwalitas daging ayam, dan penurunan produksi yang tajam pada ayam petelur yaitu sekitar 30%  (Zerjal et al., 2021).

Kerugian akibat serangan Leucocytozoonosis seringkali terlihat signifikan di daerah endemis karena kasus penyakit ini selalu muncul sepanjang tahun. Prevalensi pada ayam petelur bisa mencapai 40 %, dan umumnya, kejadian Leucocytozoonosis terjadi pada ayam umur 25-30 hari (Elbestawy et al., 2021). Pada umumnya, peternakan ayam di Indonesia masih menggunakan sistem kandang terbuka, hal ini termasuk salah satu faktor risiko yang sangat potensial terhadap  infeksi L.caulleryi yaitu spesies Leucocytozoon yang paling patogen yang menyerang ayam (You Yu, 2000).  L. Caulleryi ditularkan oleh lalat penghisap darah Culicoides, sedangkan spesies lain ditularkan oleh Simulium. Peternakan ayam ras yang sanitasi kandang dan lingkungannya buruk, akan memicu perkembangbiakan vektor Culicoides.

Seringkali deteksi parasit Leucocytozoon pada ayam hanya terbatas pada analisis morfologi parasit menggunakan mikroskop dengan metode ulas darah, yang terkadang gagal menemukan parasit pada kasus parasitemia yang rendah, apalagi stadium gamet dari parasit ini hanya berada di sirkulasi darah dalam interval waktu satu minggu. Identifikasi Leucocytozoon spp., berdasarkan morfologi seringkali  tidak bisa menentukan sampai pada level spesies karena ada variasi morfologi yang sangat banyak, sehingga kesulitan dalam mengkarakterisasi morfologi parasit jika hanya menggunakan pemeriksaan mikroskop. Oleh karena itu, pendekatan dan pengembangan metode diagnosis secara molekuler dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) sangat perlu untuk diterapkan, mengingat metode ini belum banyak dikembangkan di Indonesia untuk deteksi Leucocytozoonosis. Lebih jauh lagi, perbedaan profil fragmen DNA hasil amplifikasi dengan metode PCR dapat digunakan sebagai alat untuk membedakan parasit darah pada level genus, hingga spesies, dan bahkan protein spesifik dari suatu agen infeksius dengan lebih akurat. (Chawengkirttikul et al., 2021)

ads

Dari semua sampel dari berbagai daerah endemis yang saya teliti menunjukkan produk PCR dengan spesifikasi tinggi yaitu hanya terbentuk band tunggal dengan panjang nukleotida sekitar 600 bp pada PCR putaran pertama dan 503 bp pada PCR putaran ke dua. L. caulleryi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia mempunyai homologi yang sangat tinggi dengan L.caulleryi AB302215. Analisis filogenetik menunjukkan kekerabatan yang sangat dekat, hal ini bisa dijadikan dasar untuk pembuatan vaksin untuk menanggulangi Leucocytozoonosis pada ayam ras Isolat Leucocytozoon tersebut juga  memiliki tingkat kemiripan >95% secara genetik dengan isolat yang sering terdeteksi di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Jepang (Pohuang & Junnu, 2019), sehingga formulasi pemetaan penyakit secara molekuler mempunyai skala yang luas untuk diterapkan dan bisa menjadi suatu kandidat instrumen pengendalian mulai dari rapid test diagnostic dan pembuatan vaksin.

Vaksin dikembangkan antara lain dengan model rekombinan sub-unit yang berasal dari second-generation schizont (2GS) yaitu protein membran (rR7) L. caulleryi. Berdasarkan hasil penelitian, ayam ras yang diberikan vaksinasi dengan antigen rR7 akan menjadi kebal terhadap paparan sporozoit yang merupakan stadium infektif dari L. caulleryi. Selain itu pemberian vaksin rekombinan sub-unit R7 juga terbukti dapat meningkatkan antibodi spesifik yaitu IgG, yang berperan utama dalam menekan perkembangan parasit darah ketika masuk dalam tubuh inang.

Penegakan diagnose secara serologis sebenarnya sudah sangat mendesak sehingga diharapkan segera dikembangkan seperti yang sudah dilakukan di negara lain antara lain salah satunya menggunakan Latex aglutination test yaitu pemeriksaan cepat  menggunakan kartu yang dilapisi recombinan R7 antigen yang diambil dari membrane luar schizont generasi 2 untuk mendeteksi antibody terhadap Leucocytozoonosis (Akira Ito, et al, 2005)

Beberapa langkah lain pencegahan yang sangat penting dilakukan yaitu dengan melakukan intervensi pada lalat Culicoides.spp (Diptera: Ceratopogonidae) sebagai vector yang meliputi: aplikasi insectisida dan pathogen pada habitat tempat larva berkembang, intervensi lingkungan untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan larva,  Pengendalian vector seperti memasang light trap, dan memasang kelambu di sekitar kandang untuk menghindari kontak langsung dengan Culicoides spp. (Sahara, 2002). Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa L. caulleryi merupakan spesies yang paling mendominasi pada berbagai wilayah endemis dan sangat berpotensi menimbul kan kerugian pada industri peternakan ayam ras apabila tidak dilakukan pengendalian yang tepat.. Namun demikian, penelitian lebih lanjut dalam pemetaan penyakit secara molekuler di wilayah lain yang belum pernah ada data sangat diperlukan. Untuk keberlanjutan tersebut, diperlukan kolaborasi berbagai pihak, agar diperoleh hasil penelitian yang komprehensif. Diharapkan hasil deteksi spesies penyebab Leucocytozoonosis dapat dijadikan sebagai basis data ilmiah dalam mewujudkan formulasi yang mendukung pengendalian penyakit dalam bentuk rapid test diagnostic dan vaksin, yang tentunya memberikan manfaat untuk peningkatan kualitas kesehatan ayam ras dan meminimalisir kerugian ekonomi para pelaku usaha peternakan ayam ras terutama yang berada di wilayah endemis Leucocytozoonosis.

Rekomendasi

Dikembangkan penelitian untuk maping penyebaran Leucocytozoon caulleri

Dikembangkan penelitian vaksin terhadap L.caulleryi dari isolate local Indonesia

Dikembangkan penelitian untuk mendukung diagnosa cepat secara serologis

Dibentuk group diskusi pengendalian vektor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!