- iklan atas berita -

 

MetroTimes (Surabaya) – Anggota DPRD Kota Surabaya menjaring aspirasi masyarakat pada masa reses tahun keempat masa persidangan kedua tahun anggaran 2023. Anggota Dewan dari Fraksi PDI Perjuangan, Dyah Katarina, S.Psi. M.Si., mendengar aspirasi dan keluhan warga di daerah Jl. Waringin RT 01 RW 06 Kelurahan Sawunggaling Kecamatan Wonokromo Surabaya, Minggu (29/1/2023)

Kunjungan di Jl. Waringin RT 01 RW 06 Kelurahan Sawunggaling Kecamatan Wonokromo ini masih ditemukannya permasalah KSH (Kader Surabaya Hebat) yang belum mumpuni menjalankan tugas yang banyak, sehingga bisa berdampak pada masyarakat.

Anggota Komisi D DPRD Surabaya Dyah Katarina menuturkan, keluhan-keluhan warga yang mengenai tidak dapat atau diberhentikan bantuan BLT, diberhentikannya permakanan kepada anak yatim, lansia dan masih banyak lagi program yang dulu berjalan baik, tapi sekarang tidak lagi.

ads

Ia melanjutkan, munculnya permasalahan warga, karena KSH belum sama sekali mendapat pelatihan dari pos-pos yang harus dikerjakan, sehingga kurang tepatnya memasukkan data warga.

“Dulu kader Posyandu ada pelatihan, kader lingkungan ada pelatihannya, semua pos ada pelatihannya sehingga kader mendapat ilmu yang diperlukan. Sedangkan Kader Surabaya Hebat KSH belum mendapatkan pelatihan yang mumpuni, sehingga tidak bisa menjalankan tugas yang diemban secara maksimal dan benar,” jelasnya.

Sementara beberapa warga dan KSH mengeluhkan akan tidak meratanya bantuan, sehingga ada kecemburuan sosial di warga Waringin Kelurahan Sawunggaling.

Saat menghadiri Reses Dyah Katarina, ibu KSH meminta diberi pelatihan agar tidak melakukan kesalahan dalam menginput data, karena ada KSH melakukan kesalahan karena tidak mengerti IT. Seperti data lama selalu muncul walaupun sudah dihapus karena meninggal.

Menurut KSH menyampaikan kepada Dyah Katarina, bahwa Redaksi bahasanya susah untuk dipahami, sehingga walaupun pilihannya hanya ya dan tidak tapi mengartikan pertanyaan di aplikasi yang susah dimengerti.

Dyah Katarina yang dua kali menjadi anggota DPRD Kota Surabaya menambahkan, Yang tidak bisa IT dilatih untuk mengisi, tapi mengisinya ya dan tidak. Pokoknya dia bisa klik, tapi untuk isinya apa dan pertanyaannya apa, dia tidak memahami pertanyaan. Misalnya ada pertanyaan, apa disini ada kekerasan, jawabnya tidak. Karena dia tidak memahami kekerasan itu seperti apa saja. Anggapan KSH asalkan tidak memakai senjata ataupun memukul itu dianggap tidak ada kekerasan. Padahal kekerasan tidak hanya secara fisik, dengan kata-kata ta kaplok (ta pukul) itu sudah masuk kekerasan. Itu yang belum dipahami oleh warga dan KSH.

“Saya keras di reses ini karena KSH harus di evaluasi, programnya bagus membantu data Pemkot, tapi yang benar. Jangan hanya casing baru, tapi walaupun casing baru harus dibekali pelatihan sehingga mutu kerja lebih baik,” pungkasnya. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!