MetroTimes (Surabaya) – Surabaya darurat gangster motor. Munculnya perilaku anak-anak muda menenteng senjata tajam (sajam) dan trennya gangster-gangster membuat masyarakat Surabaya resah. Mereka tak takut-takut lagi menunjukkan keberadaan dan kekejaman kelompoknya dengan melakukan konvoi naik motor secara bergerombol ke jalanan protokol Surabaya hingga tak jarang berujung tawuran antar gangster.
Lilik Hendarwati anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, daerah pemilihan Jatim 1 (Kota Surabaya), mengaku prihatin dengan fenomena gangster belakangan ini yang sangat meresahkan, bahkan warga Surabaya dihantui ketakutan dengan keberadaan gangster.
Ia mengungkapkan, mahasiswa ITS yang kost karena takut gangster akan menyatroni tempat mereka tinggal. Keberadaan gangster menjadi momok yang menakutkan bagi para pemilik tempat kost di dekat jalan. Begitu pula para pemilik warung, kemudian warga maupun mahasiswa yang malam hingga dini hari masih beraktivitas di luar,” kata Lilik anggota Banggar DPRD Jatim.
Anggota Fraksi PKS DPRD Jatim ini menuturkan, keluarga yang harmonis punya peran strategis dalam menanggulangi masalah gangster, karena para anggota gangster itu mayoritas masih tergolong anak-anak dibawah umur dan berstatus pelajar.
“Kondisi ini terjadi karena perhatian orangtua terhadap anaknya berkurang. Perhatian bukan masalah dalam waktu, tetapi juga perhatian dari hati ke hati,” ujarnya.
Lilik berharap orangtua perlu memberi perhatian lebih kepada anak-anaknya. Tidak bisa dipungkiri kebutuhan ekonomi saat ini juga yang berat, sehingga membuat tulang punggung keluarga tidak hanya dipikul oleh ayah saja, tetapi ibu pun sekarang ikut menanggung ekonomi keluarga.
Perempuan yang lama tinggal di Kanada ini mengungkapkan, tidak hanya keluarga yang perannya sudah terganggu karena kondisi ekonomi yang lebih mendesak di depan mata, karena itu peran masyarakat diharapkan juga harus peduli terhadap anak-anak yang ada di sekitarnya.
Menurut Lilik, kalau ingin masyarakat baik, maka tidak cukup baik di keluarga kita saja, tapi butuh uluran tangan bersama untuk peduli kepada anak-anak di sekitar kita.
“Bisa dibilang munculnya fenomena gangster ini butuh penanganan bersama. Khususnya perhatian yang lebih dari keluarga, masyarakat dan juga pemerintah,” pungkas Lilik. (nald)