The Role of University Collaboration within ASEAN+3 Framework on Innovation and Industry Acceleration Ecosystem menjadi tajuk dalam pertemuan itu. Dalam konferensi itu, UNAIR mengajak para pimpinan akademisi tersebut untuk berkolaborasi dalam berbagai industri, salah satunya ialah pengembangan vaksin INAVAC.
Hal yang sama juga terkonfirmasi dari Wakil Rektor bidang Penelitian, Inovasi, dan Community Development UNAIR Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih MSi. Ia secara langsung menyampaikan jika usaha tersebut merupakan bagian program prioritas Sustainable Development Goals (SDGs) UNAIR.
“Tiga program prioritas UNAIR untuk SDGs 2030 terdiri atas keamanan kesehatan, ketahanan pangan, dan ketahanan lingkungan,” ungkanya.
Tekan Dampak Buruk COVID-19
Menurut Prof Nyoman, program tersebut merupakan usaha menjaga manusia dan sekitarnya dari seriusnya dampak buruk COVID-19. Maka dari itu, Prof Nyoman menekankan jika health security atau keamanan kesehatan bukan hanya terdiri atas manusia, melainkan juga lingkungan yang menyertainya.
“Keamanan kesehatan yang terdampak COVID-19 bukan hanya pada manusia. Komponen biotik dan abiotik yang ada juga turut merasakan dampak tersebut,” ujarnya.
Selain manusia itu sendiri, kata Prof Nyoman, hewan, tumbuhan, atau bahkan benda mati lainnya menerima dampak langsung atau tak langsung dari COVID-19. Dengan besarnya dampak yang ada, UNAIR menanggapi isu dan problematika dengan serius yang salah satunya terwujud dalam vaksin COVID-19.
Kolaborasi Bermodel Hexa Helix
Dalam presentasinya, Prof Nyoman mengungkap bahwa hingga kini UNAIR masih terus melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Hal itu masih berlanjut bahkan setelah UNAIR berhasil meluncurkan vaksin INAVAC yang telah resmi terdistribusi ke seluruh negeri.
UNAIR mengajak para pemangku kepentingan, utamanya para akademisi yang tergabung dalam ASEAN+3 UNet untuk bersama-sama mendukung kesuksesan usaha tersebut. Bentuk kerja sama itu terbentuk dalam heksa helix model dari sejumlah pihak.
“Usaha ini dapat berjalan dengan baik jika berkolaborasi dan kami membentuk hexa helix sebagai skema kolaborasi. Komunitas kita menjadi salah satu pemangku kepentingan yang bisa sama-sama mendukung penelitian yang ada,” jelasnya.
Prof Nyoman berharap jika semua anggota ASEAN+3 UNet dapat berjalan beriringan dengan pemangku kepentingan lainnya berasas kepentingan bersama. ASEAN+3 UNet sebagai komunitas sekaligus akademisi nantinya akan bekerja sama dengan pemangku lainnya yang terdiri atas pemerintahan, industri, hukum, dan juga media.
“Dari forum ini, harapannya ada kolaborasi antara masing-masing pemangku kepentingan untuk bersama-sama mewujudkan kesehatan global,” tutupnya.
[…] Sumber : Metro Times […]