MetroTimes, (Purworejo), Ratusan Bonsai dari berbagai wilayah di Indonesia bersaing dalam kontes yang digelar oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Purworejo di Jalan A Yani 370 tepatnya di belakang Lafina Café & Car Wash, Baledono, Purworejo. Usai menjalani penilaian kontes mulai 31 Juli lalu, seluruh Bonsai dipamerkan untuk masyarakat umum mulai tanggal 4 hingga 8 Agustus 2017.
Ketua PPBI Purworejo, Adiguna Pranata, menyebutkan bahwa kontes dan pameran bonsai kali ini mengangkat tajuk “Nunggal Rasa Lima Kutha” dan menjadi penyelenggaran yang kedua di Purworejo setelah pada tahun 2011 silam menggelar ajang yang sama bertajuk “Fram Zero to Hero”. Meski bertema lima kota, kontes dan pameran diikuti oleh puluhan kota se-Indonesia dengan total Bonsai mencapai 351 pohon.
“Ini merupakan event nasional. Berbagai bonsai terbaik juga diturunkan dari sejumlah kota besar, seperti Cirebon, Cilacap, Purwokerto, Madura, Pacitan, Ponorogo dan lainnya,” katanya, Jumat (4/8).
Menurutnya, ajang kali ini digelar antara lain untuk menghidupkan gairah Bonsai, khususnya bagi para penggemarnya. Lebih dari itu pameran bertujuan untuk mengenalkan bonsai sebagai karya seni yang bernilai ekonomis.
“Pameran ini menyadarkan masyarakat bahwa kita sangat kaya varian Bonsai. Bonsai potensial bagi negara kita, termasuk Purworejo, untuk menunjang ekonomi kreatif,” ungkapnya.
Disebutkan, Bonsai terdiri atas beragam varian. Dua diantaranya yakni Serut yang menjadi unggulan Purworejo dan Wahong yang menjadi tanaman pantai terbaik di dunia.
Kontes kali ini dibagi menjadi 3 kategori, yakni Prospek, Regional, dan Madya. Kriteria penilaiannya antara lain meliputi kematangan, keseimbangan, keselarasan, dan presentasi.
“Apresiasi kita berikan kepada pemilik bonsai-bonsai terbaik dengan piagam penghargan, bukan berupa uang pembinan,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua Umum PPBI Pusat, Sapta Darsana, menyatakan bahwa kontes dan pameran bonsai akan terus digencarkan di seluruh wilayah Indonesia. Selain untuk mewadahi para penggemar untuk berapresiasi, pameran juga menjadi media penyadaran masyarakat. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang menilai bahwa Bonsai menjadi aktivitas penyiksaan terhadap tanaman.
“Banyak yang menilai bahwa bonsai itu sebuah penyiksaan tanaman karena dipaksa untuk tumbuh tidak wajar. Anggapan itu keliru. Bonsai justru menjadi seni merawat tanaman, yakni penggabungan antara seni dan botani. Ada nilai filosofis menyayangi tanaman dan melatih kesabaran,” ungkapnya. (Daniel)