- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Tanggal 10 November adalah tanggal yang ditunggu oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan untuk memperingati perjuangan para pahlawan bangsa yang telah gugur di medan perang melawan kompeni demi mempertahankan NKRI dan mengibarkan sang saka merah putih di tanah Ibu Pertiwi yang kita cintai.

Sejarah mencatat, bahwa peringatan ini adalah untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur untuk mengibarkan sang Saka Merah Putih. Di bawah pimpinan Bung Tomo, para pemuda Surabaya, tak gentar menurunkan dan merobek warna biru bendera Belanda untuk dijadikan merah putih di bumi pertiwi.

Komandan Kodim 0708 Purworejo, Letkol Inf Muchlis Gasim, SH, MSi, berbicara mengenai arti dan refleksi Hari Pahlawan di era milenial ini.

“Saya mengajak generasi milenial, khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Purworejo untuk memiliki kesadaran yang tinggi dalam rangka mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan,” kata Dandim kepada metrotimes di ruang kerjanya, Jumat (9/11).

Generasi muda jangan terjebak primordialisme dan ego sektoral yang berpotensi memecah belah NKRI. Jika memang memiliki ide yang sama untuk kemajuan dan pembangunan bangsa, hendaknya disatukan ide-ide tersebut, tidak ada yang boleh merasa paling baik dan paling benar.

ads

“Musyawarah untuk mencapai mufakat harus kita kedepankan. Bersainglah secara sehat, bermoral dan gentleman,” ujar Komandan 0708 Purworejo.

Dandim juga membagi sedikit pengalaman, Pahlawan jaman dulu telah mengorbankan segalanya untuk meraih kemerdekaan. Bukan hanya harta, nyawa pun mereka korbankan. Kita yang hidup di era sekarang harus meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu.

Musuh Utama Adalah Kita Sendiri.

Semangat perjuangan para pahlawan, tidak boleh dimaknai secara sempit, kita harus memiliki semangat juang dan rela berkorban, minimal dalam meraih cita-cita.

“Bangsa ini, mau tidak.mau akan diwarisi oleh generasi muda. Jadi mereka harus meneladani semangat pantang menyerah dari para pahlawan. Kalau generasi muda tidak memiliki daya juang tinggi, bagaimana nasib bangsa ini selanjutnya?,”.

Saat ini kita tidak dalam keadaan berperang melawan musuh. Musuh kita sekarang adalah diri kita sendiri. Rasa malas, hawa nafsu dan kejelekan lain menjadi musuh utama kita.

“Bahkan sekarang, maunya serba instan. Ingin meraih sesuatu, tidak.mau belajar dan berjuang hanya mengandalkan katabelece atau surat sakti. Semua itu memerlukan proses supaya kita tahu sampai di mana kemampuan dan karakter kita,” imbuh pria kelahiran 17 juni 1978 tersebut.

Sebagai  abdi negara, TNI selalu bersinergi dengan masyarakat dan stake holder terkait.

“Kami punya program Ketahanan Wilayah (Tahwil). Bagi kami untuk menjaga kondusifnya suatu daerah, diperlukan SDM yang bagus pula. Karena itulah untuk generasi muda kami ada program pembinaan Pramuka, karya bakti, sosialisasi tentang bahaya narkoba dan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.”.

Jadi sebagai generasi muda di era milenial ini, kita harus terus berjuang paling tidak untuk meraih cita-cita kita sendiri. Karena nasib bangsa ini ada di pundak para generasi muda. Seperti kata Bung Karno ‘Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia’, peran pemuda sangat penting guna meneruskan semangat para pahlawan bangsa ini. Jelas Dandim. (Daniel)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!