Metro Times (Magelang) Anggota DPR RI periode 2019 s/d 2024, Vita Ervina, S.E., M.B.A, melakukan kunjungan dan diskusi usaha ke Petani Muda Grabag. Dimana, Grabag adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Magelang, Sabtu kemarin (4/1/2020).
Kecamatan Grabag merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi pertanian yang bagus, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Sedangkan untuk peternakan yang menonjol adalah berupa budidaya lele. Selain itu, di Kecamatan Grabag juga mempunyai komoditas perkebunan yang unggul, salah satunya adalah kopi.
Vita, sapaan akrab dari Vita Ervina, S.E., M.B.A, sangat konsisten dalam mendorong para petani muda, atau istilah kekiniannya adalah Petani Millenial. Ia terjun langsung dalam dunia pertanian.
“Sebagai generasi muda, diharapkan bisa menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. Estafet petani selanjutnya adalah di pundak para generasi muda. Mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian,” terang Vita.
Dalam diskusinya ini, di peroleh beberapa aspirasi masyarakat di wilayah Kecamatan Grabag, yang diantaranya adalah,
a. Pertanian Hortikultura.
Permasalahan utama yang dirasakan petani adalah keterbatasan sumber daya air. Usulan program dari masyarakat adalah pengadaan sumur bor. Selain itu, untuk mensiasati pada saat curah hujan yang tinggi, agar kontrol budidaya lebih optimal adalah mengusulkan ‘Green House’. Kendala lain, yang dirasakan petani adalah penanganan pasca panen, petani membutuhkan pelatihan-pelatihan yang komprehensif dalam handlimg pasca panennya, sehingga dapat menjaga kualitas sesuai permintaan pasar.
b. Budidaya Perikanan Air Tawar.
Komoditi yang sedang berkembang adalah ikan lele. Permintaan pasar untuk konsumsi sangat tinggi, pasar lele jadi over demand, tetapi sayangnya banyak kendala yang di hadapi pembudidaya lele, diantaranta adalah keterbatasan pembenihan, pakan yang sangat mahal, handle penyakit.
Program yang diperlukan masyarakat adalah perlu adanya pelatihan-pelatihan, mulai dari penanganan pembenihan dan pembesaran. Pelatihan-pelatihan yang ada belum dilakukan secara komprehensif, sehingga pembudidaya lele masih kurang ilmu. Belajar di sosmed, misalnya Youtube dirasakan masih kurang efektif.
c. Program bantuan pemerintah banyak tidak tepat sasaran. Hal ini dirasakan oleh para petani millenial Grabag. Mereka banyak menjumpai bantuan langsung mesyarakat (BLM) tidak sesuai dengan kelompok yang seharusnya menerima, sehingga program BLM banyak yang gagal.
d. Permintaan Bibit Alpokat dan Nila.
Sebagian masyarakat menginginkan untuk memperoleh bibit alpokat yang berkualitas, mengingat lahan yang ada sangat cocok untuk tumbuh dan berkembang. Selain lele, permintaan ikan nila juga cukup tinggi, namun masyarakat beluk tahu penyedia bibit nila yang bagus.
e. Lingkungan Hidup.
Adanya beberapa kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyatakan siap support program. Untuk itu diharapkan informasi program-program dalam bidang lingkungan yang bisa di ikuti agar bisa berperan aktif terutama dalam menjaga lingkungan hidup.
f. Sarana Penunjang Lain.
Hal yang masih jadi permasalahan adalah penyedia PJU yang sangat terbatas. Padahal Grabag adalah wilayah terbesar kedua setelah Muntilan di Kabupaten Magelang. Masyarakat yakin, aneka kuliner terus tumbuh dan berkembang lebih cepat jika PJU di tambah, maka Grabag akan menjadi terang.
“Saya akan memperjuangkan aspirasi dari para masyarakat Grabag. Mohon, para petani muda tetap harus kreatif, apa yang menjadi keinginan untuk di tulis dalam bentuk proposal. Dengan begitu, akan lebih mudah saya untuk memfasilitasi kebutuhan teman-teman semua,” jelas Vita, sambil terus memberikan semangat pada petani muda sebagai generasi penerus bangsa.
Selain berdiskusi, Vita juga menyempatkan untuk melihat secara langsung kondisi pertanian padi dan budidaya ikan lele yang telah di kembangkan masyarakat. Ia bisa merasakan kondisi petani muda dalam mengembangkan sektor pertanian.
“Siapa yang menguasai pangan, akan bisa menguasai dunia,” pesan Vita. (rif)
