Metro Times Kendal – Tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu 9 Januari lalu menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta – Pontianak mengalami kecelakan dan jatuh di perairan kepulauan Seribu.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air itu sempat mengalami delay hingga akhirnya take off pada pukul 14.30 WIB. Namun baru 4 menit mengudara atau tepat pukul 14.40 WIB, Sriwijaya Air tidak ke arah O75 derajat melainkan ke barat laut.
Sa’adah salah seorang ibu korban pesawat Sriwijaya, warga RT 5 RW 1 Desa Taman Gede menuturkan, mengetahui anaknya turut menjadi korban pesawat Sriwijaya setelah diberitahui melalui telepon oleh menantunya yang berada di Sambas Kalimantan Barat.
Dikatakan, Kolisun anak kandungnya yang menjadi salah satu korban pesawat Sriwijaya, sudah merantau ke Kalimantan 15 tahun lamanya dan berdomisili di Kalimantan.
“Anak saya merantau sudah 15 tahun, beristri orang Sambas. Tinggal menetap di Kalimantan bersama dengan anak istrinya,” kata Sa’adah saat ditemui di rumahnya, senin (11/1/2021).
Setelah mendapat kabar dari menantunya bahwa anak sulungnya turut menjadi korban kecelakan pesawat Sriwijaya Air, dirinya hanya bisa bersedih dan pasrah.
“Saya pasrah saja dan saya sangat berharap jasad anak saya segera bisa ditemukan,” ungkapnya.
Ia berencana akan mengebumikan jenazah anaknya di desanya, jika jenazah sudah ditemukan.
Lebih lanjut dia menceritakan, anaknya turut menjadi korban kecelakan pesawat setelah dari Solo dan hendak pulang ke Kalimantan.
“Anak saya itu berprofesi sebagai pedagang. Mengambil sejumlah barang dagangan berupa pakaian dan alat-alat dapur dari Solo, kemudian dijual di Kalimantan,” terangnya.
Tanpa bisa menutupi kesedihannya, dia mengungkapkan, sejak tanggal 7 Januari 2021, anaknya setiap hari sering telepon.
“Rencananya dalam waktu dekat, dia ingin mengirim anaknya mondok di pesantren Jawa Timur. Sempat saya cegah, saya minta dipondokkan dekat-dekat sini saja biar saya biasa ikut rawat dan menjaganya” tuturnya.
Sementara itu, Kapolsek Gemuh AKP Abdullah Umar mengaku, setelah mendapatkan informasi tentang korban kecelakan pesawat adalah warga Taman Gede, segera menindaklanjuti dengan melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah desa setempat.
“Setelah saya berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa dan saya cek ke rumah orang tua korban, memang benar bahwa korban anak dari Ibu Sa’adah warga Tamangede,” terangnya.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala Desa Taman Gede Munadi. Dikatakan, korban memang awalnya adalah warga Taman Gede, namun sudah lama pindah domisili.
“Korban pindah domisi dan menetap bersama anak dan istrinya di Kalimantan,” katanya.(Gus)