Metro Times (Surabaya) – Penerbit Gading Yogyakarta menyelenggarakan acara seminar bedah buku dan forum grup diskusi pada tanggal 26 September 2017. Acara yang juga dilaksanakan atas kerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Komunikasi Universitas Negeri Surabaya ini diadakan di Aula srikandi gedung I6 Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNESA dihadiri oleh 200 peserta.
Acara yang dibuka pada pukul 09.00 diawali dengan menghadirkan 3 pembicara sebagai peminat studi dalam bidang literasi media dan studi lintas agama, adalah Miftah Faridl yang merupakan Ketua Aliansi Jurnalis Independen. Pembicara kedua adalah Tsuroyya, S.S., M.A Dosen Ilmu Komunikasi sekaligus peminat studi lintas agama. Pembicara terakhir adalah Dr. Sufyanto, S.Ag., M.S.i yang merupakan pendiri The Republic Institute.
Menurut Awang Dharmawan selaku Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya, acara ini diadakan sebagai media pembelajaran bagi audience tentang pentingnya literasi media dalam perannya mencegah isu radikalisme yang sedang berhembus saat ini. Dan diharapkan dengan adanya seminar sekaligus bincang buku yang membahas isu radikalisme dapat menjadi salah satu upaya dalam menuju Indonesia yang bebas hoax dan mengerti akan pentingnya literasi media.
Seminar bincang buku dengan tema Cegah dan Tangkal Radikalisme Melalui Literasi Media ini diawali oleh pemaparan Miftah Faridl yang menyampaikan tentang peranan literasi media yang menjadi pin penting karena apa yang disajikan media akan dimaknai audience dariberbagai sudut pandang karena radikalisme merupakan sumber adanya teroris. Maka dari itu pentingnya masyarkaat menjadi pembaca yang kritis adalah agar terhindar dari berita hoax yang meresahkan terutama mengenai terorisme.
Dilanjutkan oleh Ibu Tsuroyya, S.S., M.A bahwa salah satu bentuk mencegah adanya kekerasan yang identik dengan terorisme melalui karya buku. Salah satunya buku wajah terlarang yang menceritakan mengenai gadis 16 tahun yang menjadi korban di taliban ini sebagai bentuk strategi anti kekerasan.
Acara seminar bincang buku ini diakhiri oleh penyampaian pembicara terakhir Bapak Dr. Sufyanto, S.Ag., M.S.i yang menyampaikan bahwa awalnya radikalisme pada mulanya bertujuan sebagai misi penyelamatan. Namun ketika ideologi politis itu mulai masuk didalamnnya, maka berubah tujuannya untuk mencari kepentingan dengan cara kekerasan. Hal ini yang menjadi pokok permasalahan radikalisme yang identik dengan teror dan kekerasan. Acara yang diakhiri pukul 12.30 ini ditutup dengan sesi tanya jawab serta diskusi antara audience dan ketiga pembicara.(nald)