Metro Times Semarang – Selama pandemi Covid-19 ini, harga jual daging ayam dipasaran ini tak menentu. Anjloknya harga tersebut dikeluhkan para peternak ayam di Jawa Tengah, salah satunya dikeluhkan oleh Agus Sujoko peternak mandiri asal Temanggung. Dirinya menuturkan, telah beralih dari usaha ayam boiler ke ayam petelur.
“Permasalahan dirasakan dari harga daging turun, sedangkan harga pakan tidak pernah turun,” keluh Agus saat audiensi dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Paradigma Baru, Ali Abdul Rohman dan Pimpinan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero di kantor Kadin Jateng Paradigma Baru Jl. Sumbing No.18 A, Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jum’at (17/7/2020).
Agus menjelaskan, pemasaran lokal dengan harga rata-rata Rp.18.000/Kg sudah bisa menutup biaya pakan dengan catatan kematian ternak sedikit, namun jika harga dibawah itu, peternak jelas rugi. “Mengingat harga daging ayam yang rendah, sekitar 2 bulan usaha boilet saya berhenti. Saya mencoba fokus beternak petelur,” akunya.
Hal senada juga dirasakan oleh Sukahono yang selama 8 tahun menekuni usaha ternak ayam di Kabupaten Temanggung. “Di Temanggung yang usaha peternak daging ayam banyak sekali. Hingga saat saat ini, yang masih eksis sekitar 600an peternak. Itupun karena mereka memiliki penghasilan lain seperti menjadi pegawai atau usaha di bidang lain,” ungkapnya.
Dia mengaku merosotnya harga daging ayam sudah berlangsung selama sekitar 1 tahun terakhir ini. Akan tetapi dampaknya sangat terasa di masa pandemi ini. Untuk itu, ia berharap agar pemerintah dapat membantu para peternak mandiri. Sebab, ketidaksesuaian antara harga pakan dengan harga jual membuat para peternak mandiri susah berkembang.
Sementara, Sigit Alfatah, peternak mandiri asal Kabupaten Magelang menjelaskan, ketika harga terlalu murah akan terasa dampaknya karena modal pribadi. Hal ini berbeda dengan peternak kemitraan yang didukung oleh dana dari mitra.
Menanggapi keluhan para peternak, Kepala Divisi Produksi PT PPI Persero Irwanu mengatakan, pihaknya mendapat tugas dari kementrian BUMN untuk menyerap hasil dari peternak mandiri.
“Makanya kita bekerja sama dengan Kadin,” ungkapnya.
Meski demikian, ia mengaku tidak dapat mematok berapa kemampuan untuk membeli hasil panen peternak mandiri di Jawa Tengah, “Untuk volume pembelian akan dikoordinasikan kepada pusat,” tandasnya.
Untuk mengurai persoalan diatas dan memberi solusi konkrit, Kadin Jateng Paradigma Baru dibawah pimpinan Ali Abdul Rohman berusaha menyerap aspirasi dan membela para peternak agar tetap survive. Langkah nyatanya, Kadin Jateng Paradigma Baru menggandeng sebuah perusahaan BUMN untuk membeli dengan harga yang wajar.
“Harga daging ayam yang anjlok, supaya dibeli dengan harga yang wajar. Dalam hal ini Kadin memfungsikan diri dalam membela para peternak mandiri,” kata Ali
Ali menandaskan, Kadin hanya menjadi sebuah jembatan bagi peternak mandiri agar ayam hasil panen tak terombang-ambing oleh harga, terlebih dengan anjloknya pasar akibat pandemi Covid-19. Pihaknya mengaku, belum bisa membantu peternak dengan stimulan seperti bantuan pakan ternak. Karena itu, pihaknya hanya akan memberikan sebuah jaminan agar peternak mandiri yang menjadi binaan agar bisa tetap menjual dengan penekanan harga yang tidak merugikan para peternak mandiri.
“Tidak menutup kemungkinan berlaku di bagi daerah lain di Jateng.Tapi untuk saat ini kita akomodir Magelang dan Temanggung dulu,” pungkasnya. (af/AR).