Metro Times Semarang – 127 orang binaan Lembaga Amil Zakat Masjid Agung Jawa Tengah (Lazisma) menerima dana produktif sebesar Rp 225.750.00 untuk modal usaha. Dana produktif dalam bentuk pinjaman tanpa potongan administrasi dan berbunga.
“Ini merupakan program zakat produktif. Bertujuan merubah mustahik (penerima zakat) menjadi muzakki (pemberi zakat),” kata Ketua Lazisma Dr. H. Wahab Zaenuri, MM usai acara Pembinaan dan Pengguliran Zakat Produktif ke 17 di Aula Serba Guna Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Sabtu (16/10/2021).
Ia menjelaskan, penerima dana zakat produktif dari Lazisma tidak diperbolehkan untuk hal bersifat konsumtif. Namun harus dalam bentuk usaha produktif.
“Penerima dana produktif tanpa potongan administrasi dan bunga, bentuknya pinjaman. Penerima nanti mengembalikan dengan cara mengangsur setiap bulan,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan Wahab Zaenuri, penerima dana produktif mayoritas berasal dari jamaah masjid. Hal itu agar, jamaah masjid dapat produktif dalam beribadah dan sejahtera secara ekonomi.
“Untuk pelaku usaha binaan kami minta, agar dalam menjalankan bisnis ditargetkan zakat yang dibayarkan, jangan omzetnya. Kalau zakatnya tinggi, pasti omzetnya juga tinggi. Tapi kalau targetnya omzet, ya zakatnya mengikuti, atau bahkan masuk nisab zakat,” tegasnya.
Koordinator pendistribusian Lazisma, Ahsan Fauzi menambahkan, selain pentasarupan untuk 127 UMKM atau pedagang wilayah Semarang, selanjutnya juga akan menggulirkan bantuan modal UMKM untuk wilayah Kabupaten Demak yang direncanakan dilaksanakan besok tanggal 6 November 2021 mendatang. “Ada sekitar 20 UMKM di wilayah Demak yang terdiri dari dua kelompok. Yang pertama kelompok milenial, mahasiswa yang tergabung IMADE Bussines Centre (Organisasi Daerah Ikatan Mahasiswa Demak) dan satunya kelompok di Desa Kembangan Kecamatan Bonang warga terdampak banjir (Tanggul jebol) yang pernah didatangi tim Lazisma, baksos peduli banjir beberapa waktu yang lalu,” ucapnya
Sementara itu, Ketua Bidang Ketakmiran PP MAJT, Drs. KH Hadlor Ikhsan menuturkan, pihaknya mendukung upaya Lazisma dalam meningkatkan jumlah penerimaan zakat dengan penyaluran zakat produktif. Seperti dengan memberikan modal kepada pelaku usaha binaan agar nanti suatu saat menjadi muzakki.
“Ini kita gerakan cinta zakat. Jadi tanpa diminta, disuruh sudah berzakat ke lembaga resmi seperti Lazisma. Karena zakat manfaatnya sangat luar biasa. Bisa untuk membantu sesama yang membutuhkan,” jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah Mangkang Kulon Tugu Semarang tersebut juga mengungkapkan, penerimaan zakat secara nasional belum maksimal. Dari target 300 triliun rupiah baru terkumpul 13 triliun rupiah.
“Nasional setahu saya target sekitar 300 triliun, tetapi baru terkumpul 13 triliun. Ini kenapa? Apa yang wajib zakat tidak zakat atau sudah zakat tapi tidak dicatat,” tuturnya.
Oleh karena itu, KH Hadlor meminta Lazisma mengoptimalkan penerimaan zakat dan melakukan pencatatan secara akurat. Selain itu juga menyalurkan dana zakat, infak dan shodaqoh ke mustahik sesuai dengan regulasi, syar’i dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Penyaluran zakat harus sesuai regulasi, aturan yang ada. Syar’i, sesuai dengan ketentuan hukum fiqih dan NKRI, maksudnya jangan sampai dana zakat yang terkumpul digunakan untuk melawan NKRI,” pintanya. (af)