Metro Times Semarang – Secara umum masjid secara ubudiyah (Kegiatan ibadah) dan keagamaan, seperti kegiatan salat rawatib (Salat lima waktu), salat jumat dan peringatan hari besar islam (PHBI) sudah terurus dengan baik, namun dari sisi ekonomi, belum semua masjid berdaya secara ekonomi, hal itulah yang menjadi perhatian Pimpinan Daerah (PD) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Semarang sehingga membentuk tim pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid.
Ketua PD DMI Kota Semarang, Achmad Fuad menuturkan, dampak dari wabah Covid-19 ini, banyak saudara kita terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), usahanya berhenti atau pailit, UMKM jatuh, untuk itu, sebagai pengurus takmir masjid dan pengurus DMI pada umumnya untuk lebih peduli kepada jamaahnya. “Hadirnya tim pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid ini harapannya bisa lebih memakmurkan masjid, lebih-lebih di masa pandemi ini” ucap Fuad disela kegiatan halaqoh takmir masjid PD DMI Kota Semarang “Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid” di Hotel Pandanaran Simpang Lima Semarang, Sabtu (14/11).
Fuad melanjutkan, selain tim pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid, PD DMI Kota Semarang telah membentuk tim kesehatan berbasis masjid dan tim legalitas masjid. Menurut Fuad, pihaknya kini bertekad membangun pondasi kepercayaan kepada para takmir di Kota Semarang, jika dipercaya karena ada manfaatnya kedepan bisa melakukan hal lebih banyak lagi untuk pemberdayaan masjid. “Kita berharap masjid kedepan bisa berdaya secara ekonomi, sehingga kedepan ada kemandirian,” harapnya
Narasumber dari tim diklat tim ekonomi umat berbasis masjid PD DMI Kota Semarang, Dr. Mahmud, SE, MM menuturkan, dalam melakukan model pendampingan UMKM jamaah masjid, DMI Kota Semarang tidak sendirian, namun menggandeng atau sinergi dengan berbagai pihak, seperti dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Semarang, LPPM UPGRIS dan Udinus, Perguruan Tinggi (PT), CSR, Baznas Kota Semarang dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. “Untuk tahap pertama ini kita pilih 5 masjid sebagai pilot project (Percontohan), selanjutnya (Tahun depan) bisa dikembangkan di masjid-masjid lainya,” ucapnya
Sementara Ketua Departemen IT dan Fintech Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Tengah, Khotim Zaini Ashiddiq menuturkan, masjid tidak sekedar tempat ibadah tapi sebagai pusat budaya, selain kegiatan ibadah, sebagai pusat pendidikan, sosial, ekonomi. Kondisi perkembangan zaman dan generasi, maka pola manajemen masjid dengan pendekatan teknologi yakni teknologi digital (Digitalisasi) salah satunya aplikasi ekosistem digital, yakni; android, desktop, web dan aplikasi lainya. Menurutnya, masyarakat saat ini, terlebih para kaum milenial ingin semuanya serba mudah. “Dalam rangka menarik komponen masayarakat (Jamaah) untuk pengembangan ekonomi yang berpusat di masjid, kami menawarkan dan kembangkan aplikasi Zaidy,” terangnya.
Khotim menjelaskan, aplikasi zaidy tersebut terdiri dari tiga modul, yakni; modul manajemen masjid, modul market place untuk kegiatan ekonomi masyarakat dan aplikator sebagai resources (Sumber daya) mendukung kemakmuran masjid dan pemberdayaan UKM. “Konsep pasar zaidy ini untuk mendukung kemakmuran masjid, ekonomi berputar dilingkungan masjid sehingga uang tidak akan kemana-mana, ekonomi berputar dijamaah masjid dan masyarakat masjid,” tutupnya. (af).