Metro Times (Purworejo) Permukiman sempit dengan lahan terbatas bukan menjadi sebuah alasan untuk produktif budidaya tanaman serta kreatif menciptakan suasana asri dan nyaman. Hal itu setidaknya dibuktikan oleh warga di kompleks Perumahan Pepabri RW V Kelurahan Borokulon Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo. Di kompleks itu, keterbatasan lahan justru dikelola jadi potensi.
Sejak pandemi Covid-19 merebak, warga RW V tergugah memanfaatkan setiap jengkal sisa lahan di rumahnya untuk membudidaya aneka sayuran dan buah. Seiring waktu, ruas-ruas jalan, dinding pagar, serta lorong gang dicat warna-warni dengan sentuhan seni mural.
Tampilannya yang cantik dan asri pun mulai viral di dunia maya dan menyedot perhatian warga desa sekitar. Beberapa mereka yang penasaran berdatangan naik sepeda untuk sekadar melihat, foto-foto, atau berburu aneka sayuran dan buah yang dibudidaya secara organik.
“Ini saya pas gowes, lihat kompleks perumahan ini kok beda, lalu mampir. Rupanya ada aneka sayuran segar dan buah jambu yang bisa petik sendiri. Nggak nyangka ya karena dulu waktu jalan-jalan di sini nggak seindah ini, masih kumuh, selokan-selokan juga banyak sampahnya. Sekarang Subhanallah, cantik sekali,” kata Yani Agus, warga Kampung Tuksongo Kecamatan Purworejo usai mengelilingi Perum Pepabri bersama sejumlah ibu-ibu dari Kecamatan Kaligesing, Minggu (25/10) pagi.
Wilayah RW V terdiri atas 7 RT dengan jumlah penduduk sekitar 281 kepala keluarga (KK). Upaya menciptakan suasana asri telah berlangung cukup lama dan mulai intens sejak 8 bulan terakhir.
Antusias warga menguat saat kompleks RW V dipercaya maju mewakili Kecamatan Banyuurip dalam Lomba Kampung Cantik Tahun 2020 Tingkat Kabupaten Purworejo belum lama ini. Wilayah RW V yang memiliki inovasi penanganan Covid-19 juga ditunjuk jadi salah satu peserta Lomba Jogo Tonggo Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
“Pekan kemarin kita sudah dinilai dalam Lomba Kampung Cantik. Harapannya karena sudah diajukan lomba ya ingin juara 1 sehingga warga lebih termotivasi untuk mengembangkan lagi dan menjadi jujugan wisatawan, minimal lokal Purworejo,” sebut Tri Budiyono SPd, Ketua RW V Perum Peprabi.
Ada kawasan Kampung Cantik di sana, yakni 2 kawasan rintisan, 2 kawasan percobaan, dan 3 kawasan percontohan. Potensi yang menjadi unggulan antara lain tanaman organik dan anorganik, budidaya ikan, serta bank sampah.
Pelaksanaan program Kampung Cantik dikoordinatori oleh masing-masing kepala RT didukung ibu-ibu yang tergabung dalam PKK, Dasawisma, dan Kelompok Wanita Tani (KWT).
“Antuasias warga luar biasa. Pembuatan Kampung Cantik ini menggunakan swadaya orang pribadi dan kas masing-masing RT. Tiap ketua RT jadi penggerak dan kami beri kewenangan terkait penggalian dana,” jelasnya.
Menurut Ketua KWT Anggrek Asri, Choirunnisa, keterbatasan lahan tidak menjadi hambatan. KWT melalui kader-kadernya telah banyak memberi edukasi dan pembekalan sehingga hampir seluruh KK mampu memanfaatkan setiap sudut pekarangannya.
“Kita benar-benar memanfaatkan lahan yang secuil untuk budidaya aneka sayuran, buah, atau tanaman obat keluarga. Dan ini sangat bermanfaat, khususnya saat pandemi seperti ini. Contohnya sayuran untuk yang jaga posko Covid kemarin dari kebun sendiri,” imbuhnya.
Diungkapkan, kesadaran dan warga sinergitas menjadi kunci mewujudkan Kampung Cantik. Apalagi, di RW V telah berjalan sejumlah sistem pengelolaan lingkungan, antara lain Bank Sampah, pengolahan limbah plastik menjadi produk kerajinan, kelompok pembudidaya ikan, dan kelompok pemasaran ikan.
“Kita maksimalkan Balai RW untuk kegiatan pemberdayaan perempuan. Bank Sampah di samping bali sampai sekarang juga masih jalan,” ungkapnya. (dnl)