Metro Times (Surabaya) – Berbagai karya Tugas Akhir (TA) yang inovatif dari mahasiswa Departemen Desain Produk (Despro) dan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dipamerkan di Atrium East Coast, Surabaya, selama empat hari hingga Sabtu (9/2) besok. Pameran bertajuk _Bright Future Ahead_ (BFA) Vol 11 ini untuk lebih mempublikasi karya-karya mahasiswa Despro dan DKV ITS ke masyarakat luas.
Menurut Wakil Dekan Fakultas Arsitektur, Desain, dan Perencanaan (FADP) ITS, Ir Baroto Tavip Indrojarwo MSi, BFA Vol 11 merupakan pameran tugas akhir dari mahasiswa Despro dan DKV yang telah lulus sidang TA. “Dengan adanya BFA ini, peserta pameran akan dilatih keberaniannya untuk menjadi lulusan yang siap menjadi pengusaha, sehingga tidak hanya menunggu lamaran kerja,” tutur Baroto mengenai harapannya kepada para peserta.
Pada hari pertama dan kedua, peserta dari Despro memamerkan karya di bidang _styling_ (gaya) dan _appliances_ (peralatan). Sedangkan perserta dari DKV memamerkan karya di bidang videografi, ilustrasi, aplikasi, dan web. Pada dua hari terakhir, peserta dari Despro mempersembahkan karya di bidang transportasi dan alat kesehatan, sedang peserta dari DKV di bidang _branding_ dan _campaign_.
Di bidang aplikasi, salah satu peserta bernama Ade Nobi Miranto mempersembahkan aplikasi pembelajaran anatomi dan fisiologi pada kardiovaskular. Dengan nama _Leminotes_, aplikasi ini memiliki fitur catatan, label interaktif, dan animasi. Selain itu juga dilengkapi dengan jurnal visual yang berisi teka-teki silang dan kata acak untuk belajar secara interaktif.
Sementara di bidang _styling_, dipamerkan perhiasan yang berasal dari material sisa produksi wayang kulit. Adalah Annisa Intan Kumalasari yang menemukan inovasi ini. Hal ini adalah upayanya untuk memanfaatkan bahan sisa produksi, sehingga tidak ada material yang terbuang dengan percuma.
Salah satu karya di bidang _appliance_ yang juga menarik adalah alat masak bagi penyandang tunanetra. Adalah Desi Putri Islamy yang membuat karya yang bernama _Talking Kitchen Utensils for Visual Impairment with Cognitive and Inclusive Concept_.
Desi menemukan fakta bahwa para penyandang tunanetra juga banyak yang melakukan kegiatan memasak. Namun problem utama mereka adalah dalam menakar bahan-bahan yang dimasukkan saat memasak. Alat masak karya Desi ini memiliki indikator untuk memberitahu seberapa banyak bahan yang diambilnya. Alat masak Desi ini juga dilengkapi huruf braille untuk mempermudah dalam membedakan masing-masing alat masak.
Selain disuguhkan dengan berbagai karya yang ditata apik di setiap stan, para mahasiswa peserta pameran juga menjelaskan karya mereka melalui talkshow. Tak habis sampai disana, ada juga peragaan dari karya peserta pameran yang membuat produk di bidang styling. Tak hanya stan pameran, pada perhelatan BFA ini juga dimeriahkan dengan talkshow dan peragaan busana karya para mahasiswa.
Dikatakan Baroto, tujuan dari BFA ini adalah menjadi wadah publikasi karya mahasiswa ITS agar masyarakat luar mempunyai gambaran mengenai ranah kuliah desain, utamanya para siswa sekolah menengah yang akan melanjutkan studinya. “Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan peserta pameran adalah melatih kemampuan komunikasinya kepada masyarakat luar, serta untuk marketing karya mereka tersebut,” jelas dosen DKV ini.
Belum diberikannya hak paten pada karya yang dipamerkan dan adanya beberapa karya yang masih berupa prototype, menurut Baroto, masih menjadi kekurangan pada pameran ini. Baroto berharap ke depannya karya-karya yang dipamerkan sudah dipatenkan dan sudah berupa barang yang siap produksi. “Harapan saya ke depannya, ITS memiliki pameran karya mahasiswa ITS dari berbagai departemen yang dikemas dalam satu buah perhelatan besar,” pungkas Baroto. (nald)