Metro Times (Magelang) Jiwa nasionalisme sangat diutamakan tertanam dalam diri setiap pribadi bangsa Indonesia. Terlebih di tengah gerusan kemajuan zaman yang bisa saja melunturkan jiwa nasionalisme generasi muda penerus bangsa.
Di tengah degradasi nasonalisme saat ini, ada satu pemuda yang patut diteladani oleh generasi muda lain di tanah air. Nasionalime bukan hanya ditunjukkan saat negara terancam bahaya, namun dapat dilakukan kapan saja bahkan di era merdeka saat ini.
Adalah Bagus Priyana, pemuda Kota Magelang ini telah menunjukkan jiwa nasionalisme yang patut diacungi jempol. Betapa tidak? Dia berkenan menyerahkan benda bersejarah koleksi pribadinya untuk kepentingan nasional.
Benda bersejarah dimaksud adalah 1 bendel koran Sin Po yang berisi 15 edisi. Tepatnya koran Sin Po No. 288-291 & No. 293-303 Tahun VI Edisi Oktober 1928 sampai Januari 1929. Bendel koran berusia 92 tahun tersebut diserahkan untuk melengkapi koleksi Museum Sumpah Pemuda yang berlokasi di Jalan Kramat Raya No. 106 Jakarta.
Penyerahan dilakukan Bagus kepada petugas dari Museum Sumpah Pemuda yaitu Eko Septian (Kurator), didampingi Eli Herlina (Registrar) dan Eko Wahyuni (Konservator). Tempat penyerahan koleksi itu di kediaman Bagus, Dukuh I No. 204 RT 4 RW 3 Kelurahan Magelang, Kota Magelang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Menurut Eko Septian, koran Sin Po yang diserahkan Bagus tersebut sangat istimewa. Karena di dalamnya memuat syair lagu asli karya W.R. Soepratman berjudul ‘Indonesia’ yang kini dikenal sebagai Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”. Sin Po merupakan koran berbahasa Melayu yang ikut memelopori penggunaan kata “Indonesia” untuk menggantikan kata “Hindia Belanda” sejak peristiwa Sumpah Pemuda 1928.
“Alhamdulillah, setelah 46 tahun Museum Sumpah Pemuda mencari teks asli lagu Indonesia Raya, kami menemukan di Kota Magelang ini,” kata Eko Septian seperti ditirukan Bagus, Selasa pagi (25/8/2020).
Menurut Bagus, bendel koran Sin Po tersebut semula diperoleh dari seorang relasinya pada tahun 2016. Namun dengan keikhlasan hati dilandasi jiwa nasionalisme yang tinggi, benda bersejarah koleksinya diserahkan kepada pihak Museum Sumpah Pemuda.
“Yang saya lakukan demi satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Demi kepentingan yang lebih besar untuk bangsa Indonesia,” kata pemuda yang dikenal masyarakat Magelang sebagai pecinta sejarah ini.
Koordinator KOTA TOEA MAGELANG (KOmoenitas petjinTa dan pelestAri bangoenan TOEA di MAGELANG) ini memang sangat akrab dengan sesuatu yang berbau sejarah. Seperti bangunan tua, petilasan pahlawan, peninggalan bersejarah, serta berbagai even terkait sejarah.
“Saya sering menggelar acara bersama teman-teman Kota Toea Magelang dan para pecinta sejarah. Seperti Djeladjah Kereta Api, Djeladjah Tjandi, Remboeg Sedjarah, bedah buku, dan kegiatan bernuansa tempo doeloe lainnya,” ujar salah satu pemeran film sejarah berjudul ‘Wage’ ini.
Film ‘Wage’ merupakan film yang mengisahkan kiprah Wage Rudolf Soepratman saat peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda 1928. Di mana gedung tempat ikrar Sumpah Pemuda yang disebut Indonesisch Clubgebouw (Gedung Klub Indonesia) di Kramat (Weltevreden) itu kini dijadikan Museum Sumpah Pemuda.
Bagus berharap, dengan menjadi koleksi museum, maka benda tersebut sudah menjadi milik negara yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Terutama bagi generasi muda kini dan masa yang akan datang.
“Saya berharap, benda koleksi tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran penting dan mampu menumbuhkan jiwa nasionalisme bagi masyarakat terutama para generasi muda,” pungkas Bagus Priyana. (wan/rif)