Metro Times (Purworejo) Para petani padi dari berbagai desa di wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo diajak untuk mendongkrak produktivitas pertanian dengan menerapkan teknologi berbasis Climate Smart Agriculture (CSA) atau pertanian cerdas iklim melalui program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) Kementerian Pertanian RI. Selain mempermudah pengolahan lahan dan meningkatkan hasil panen, penerapan teknologi CSA melalui modernisasi alat juga penting sebagai upaya mengantisipasi perubahan iklim ekstrim dan krisis pangan global saat ini.
Ajakan tersebut dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Purworejo dengan menggelar Farmer Field Day (FFD) atau Hari Temu Lapang Petani yang dipusatkan di lahan Kelompok Tani Bogo Sembodo Desa Tlogorejo Kecamatan Purwodadi, Selasa (18/7). Kegiatan diikuti seratusan peserta terdiri atas petani dan perwakilan kelompok tani pelaksana kegiatan CSA SIMURP Kecamatan Purwodadi Tahun 2023. Hadir antara lain Kepala DKPP Purworejo yang diwakili PJ Kegiatan Program SIMURP Kabupaten Purworejo, Turoso STP, jajaran Forkopimcam Purwodadi, POPT, dan sejumlah Penyuluh Pertanian Balai penyuluhan pertanian (BPB) Kecamatan Purwodadi, serta para kepala Desa di sekitar Tlogorejo, seperti Desa Kesugihan, Sumberrejo, Brondongrejo, dan Sendangsari.
Kegiatan diawali dengan pelaksanaan ubinan untuk mengukur produktivitas lahan. Selanjutnya para peserta diajak menyaksikan demonstrasi panen menggunakan Alsintan Combine Harvester. Dari ubinan yang dilakukan oleh kelompok tani bersama PPL, diperoleh hasil rata-rata 9,12 ton/ha gabah kering panen untuk varietas padi Memberamo. Mereka kemudian difasilitasi sosialisasi dan berdiskusi dengan narasumber dari PT Corin Mulya Gemilang Cabang Jateng-DIY.
Koordinator BPB Kec Purwodadi, Suyudiyono SST, dalam laporannya menyampaikan FFD menjadi bagian dari pelaksanaan Program CSA SIMURP Kementerian Pertanian. Menurutnya, CSA sangat penting, dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim ekstrim dan krisis pangan global saat ini. Pasalnya, CSA merupakan sebuah pendekatan yang mentransformasikan dan mengorientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan guna mendukung pertanian berkelanjutan. Selain itu, CSA bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan Indeks Pertanaman (IP), meningkatkan pendapatan Petani, dan mengurangi efek Gas Rumah Kaca (GRK).
“Kegiatan ini dilaksanakan pada saat panen dan atau pada tahapan proses budidaya untuk menyampaikan pesan terkait dengan penerapan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi dan produktivitas baik pada komoditas padi, maupun komoditas lainnya sesuai dengan program pembangunan pertanian yang digulirkan pemerintah,” katanya.
Disebutkan, FFD kali ini mengangkat tema Petani Cerdas Iklim dan Modernisasi Alat Mesin Pertanian Menuju Terwujudnya Petani Maju Mandiri Modern. Sejalan dengan itu, FFD diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat, khususnya petani, untuk menjadi petani cerdas iklim yang maju dan mandiri dengan memanfaatkan teknologi-teknologi pertanian.
Sebagai contoh, lanjutnya, petani telah diajak langsung menyaksikan penggunaan Combine Harvester atau alat mesin panen padi saat ini semakin banyak dipilih petani mengingat jumlah tenaga kerja terbatas, apalagi saat panen raya. Dengan menggunakan alat mesin pertanian, khususnya combine harvester akan mendapatkan berbagai keuntungan. Beberapa di antaranya yakni waktu panen lebih singkat dibanding panen manual, tenaga kerja lebih sedikit untuk memetik hingga untuk mengangkut hasil panen, persentase kehilangan hasil semakin rendah, dan kualitas gabah lebih baik karena lebih bersih.
“Selain itu yang tidak kalah penting juga jerami tidak keluar dari lahan sawah, ini akan menjadi sumber bahan organik yang dapat menyuburkan tanah. Ada keuntungan yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan,” sebutnya.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa pada tahun 2023 ini ada sebanyak 24 kelompok tani pelaksana program CSA SIMURP. Dari jumlah itu, ada beberapa desa yang sudah menerapkan teknologi pertanian modern, seperti DesaBanjarsari, Jenar Kidul, dan Bongkot, Pihaknya berharap, seluruhnya dapat terus berkembang sehingga memacu para petani di desa-desa lain.
“Harapannya semuanya bisa berjalan untuk melaksanakan teknologi CSA dan terus menambah luasan areal tanam,” ungkapnya.
Wahyu Pujiono, Ketua Gapoktan Tani Manunggal Desa Tlogorejo, menyambut baik adanya sosialisasi karena bisa mendapatkan banyak informasi terkait modernisasi pertanian. Menurutnya, Combine Harvester dan mesin tanam padi menjadi Alsintan paling dibutuhkan di Desa Tlogorejo yang memiliki luas area pertanian sekitar 90 hektar. Apalagi, jumlah tenaga pertanian untuk melakukan panen saat ini kian terbatas.
“Sebagian besar penduduk kita petani, tapi tenaga kerja semakin berkurang, generasi kita sekarang jarang yang mau ke pertanian. Kalau panen pakai manual bisa lama sehingga padi sampai terlalu tua,” ujarnya.
Terkait tingginya biaya pengadaan alat modern yang dibutuhkan itu, pihaknya mengaku telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya yakni dengan mengajukan permohonan bantuan ke pemerintah.
“Ke depan kita berharap bisa pakai itu. Untuk solusi pengadaan alat pertanian akan mengajukan bantuan ke pemerintah lewat aspirasi. Kemarin kita sudah mengajukan, permohonannya Combine,” ujarnya. (Dnl)