Metro Times (Surabaya) – Mulai tahun 2019 ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sudah tidak lagi membuka penerimaan mahasiswa baru untuk Program Diploma III (D3). Sebagai gantinya, tahun 2019 ini, ITS membuka tujuh program studi (prodi) baru Sarjana Terapan melengkapi satu prodi Sarjana Terapan yang telah ada sebelumnya yakni D4 Teknik Infrastruktur Sipil.
Prodi Sarjana Terapan yang baru tersebut merupakan pengembangan dari departemen-departemen yang ada di Fakultas Vokasi ITS, selain prodi D3 di masing-masing departemen. Yakni Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS) yang sebelumnya memiliki Prodi Sarjana Terapan (D4) Teknik Infrastruktur Sipil, mulai tahun 2019 ini mengembangkan menjadi dua Prodi Sarjana Terapan. Yakni Teknologi Rekayasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan Sipil (perubahan nama dari D4 Teknik Infrastruktur Sipil) dan Teknologi Rekayasa Konstruksi Bangunan Air.
Departemen Teknik Mesin Industri (DTMI) kini mengembangkan juga dua Prodi Sarjana Terapan yakni Teknologi Rekayasa Konversi Energi dan Teknologi Rekayasa Manufaktur. Sedang Departemen Teknik Elektro Otomasi (DTEO) juga mengembangkan prodi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Otomasi.
Sementara Departemen Teknik Kimia Industri (DTKI) menawarkan prodi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Departemen Teknik Instrumentasi (DTIn) mengembangkan prodi Sarjana Terapan Rekayasa Teknologi Instrumentasi, dan Departemen Statistika Bisnis mengembangkan prodi Sarjana Terapan Statistika Bisnis.
Sehingga mulai tahun 2019 ini, ITS memiliki total delapan Prodi Sarjana Terapan. Yaitu Teknologi Rekayasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan Sipil, Teknologi Rekayasa Konstruksi Bangunan Air, Teknologi Rekayasa Manufaktur, Teknologi Rekayasa Konversi Energi, Teknologi Rekayasa Otomasi, Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Rekayasa Teknologi Instrumentasi, dan Statistika Bisnis.
Untuk Prodi sarjana terapan Teknologi Rekayasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan Sipil atau Teknik Infrastruktur Sipil yang dibuka kali pertama di ITS tahun 2012, hingga kini telah menghasilkan 601 lulusan yang terdidik, terampil, kompeten dan tersertifikasi. Berbeda dengan prodi sarjana biasa, kedelapan prodi unggulan di bawah naungan Fakultas Vokasi ITS ini memang dirancang untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian terapan.
Langkah ini diambil ITS sesuai dengan arahan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada akhir tahun 2018, untuk menghapus Program D3 menjadi Program Sarjana Terapan atau yang biasa dikenal dengan sebutan Diploma IV (D4). Hal tersebut juga sejalan dengan kebijakan ITS yang ingin memperbanyak Program Sarjana Terapan.
Dekan Fakultas Vokasi ITS, Prof Ir M Sigit Darmawan MEngSc PhD mengungkapkan bahwa ITS siap membuka delapan prodi baru tersebut pada tahun 2019 ini. Prodi Sarjana Terapan baru tersebut dinilai sudah mewakili semua Prodi D3 yang telah ada di ITS sebelumnya dan sudah memiliki dasar hukum dari Surat Keputusan (SK) Rektor ITS pada Maret 2019.
Dijelaskan dosen yang kerap disapa Sigit ini, bahwa saat ini prodi sarjana terapan telah menjadi favorit di kalangan generasi milenial. Hal ini dikarenakan prodi sarjana terapan lebih banyak prakteknya, baik berupa praktek di lapangan maupun magang di dunia kerja. Kondisi ini sangat sesuai untuk generasi milenial yang menyukai hal-hal yang bersifat terapan atau aplikatif. “Pada dasarnya prodi sarjana terapan memang berorientasi pada praktek sebesar 60 persen dan teori sebesar 40 persen,” imbuh Guru Besar Teknik Infrastruktur Sipil tersebut.
Menurut Sigit, program sarjana terapan ini mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti program magang selama satu semester. Dengan adanya arahan tersebut akan membantu mahasiswa dalam memahami dunia kerja dan membantu dalam mencari topik penelitian untuk tugas akhir (TA). “Kelebihan dengan adanya magang ini, dapat memudahkan dalam menghasilkan lulusan vokasi yang terdidik, terampil, kompeten dan tersertifikasi,” ujarnya.
Sementara untuk sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru (maba) pada prodi sarjana terapan, juga sama dengan prodi sarjana pada umumnya. Yakni sama-sama berbasis nilai UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer), hanya beda jadwal seleksinya saja. Tahun ini, jadwal seleksi masuk prodi sarjana terapan diselenggarakan serentak setelah seleksi masuk prodi sarjana. “Selain jalur reguler yang berbasis hasil tes UTBK, prodi sarjana terapan Fakultas Vokasi ITS juga menerima mahasiswa baru melalui jalur undangan atau prestasi dan jalur kemitraan mandiri,” ulasnya.
Daya tampung mahasiswa baru terbagi dengan komposisi 30 persen jalur undangan/prestasi, 40 persen jalur reguler, 30 persen jalur kemitraan/mandiri. Dari 30 persen jalur undangan/prestasi, lulusan SMK diberi kuota sebanyak 20 persen dan lulusan SMU/MA hanya 10 persen. Informasi selengkapnya tentang penerimaan maba prodi sarjan terapan di ITS ini dapat dilihat pada laman https://smits.its.ac.id/ di bagian Seleksi Masuk Vokasi ITS.
Sigit menambahkan bahwa khusus untuk seleksi masuk jalur prestasi memang ingin memberikan kesempatan yang lebih besar bagi lulusan SMK. Dengan adanya keberpihakan ini sangat penting untuk menunjang kebijakan pemerintah dalam memprioritaskan pengembangan pendidikan vokasi.
“Ke depan lulusan vokasi ini diharapkan dapat membantu dalam mengurangi ancaman bonus demografi, karena lulusannya sudah siap kerja dan memiliki keterampilan lebih,” jelas lelaki berkacamata tersebut.
Di akhir, Sigit berharap ketika semua Prodi Sarjana Terapan ini sudah jalan, lulusannya bisa langsung diserap oleh industri secara masif. “Lulusan vokasi saat ini sudah tidak dipandang sebelah mata lagi, sehingga ke depannya diharapkan akan lebih banyak lagi peminatnya,” tandasnya. (nald)