MetroTimes (Surabaya) – Tanggal 31 Desember tahun 2009, dua belas tahun lalu di siang hari almarhum KH. Abdurrahman Wahid dimakamkan di Pesantren Tebu Ireng – Jombang. Mengenang hal ini Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat Indonesia untuk mengadopsi nilai-nilai keteladanan dan pemikiran yang diwariskan Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Menurut Khofifah, semasa hidupnya Gus Dur senantiasa menggaungkan nilai-nilai kemanusiaan, plularlisme, inklusivitas, dan toleransi. Nilai-nilai tersebut, kata dia, akan terus relevan dengan situasi dan kondisi di Indonesia yang majemuk dengan keberagaman agama, suku, bangsa, budaya, adat istiadat, dan budaya.
“Hingga saat ini belum ada yang setara bisa menggantikan sosok Gus Dur, namun semua pemikirannya, cara bertindaknya, dan cara bersikapnya dapat menjadi referensi dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa,” ungkap Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Jumát (31/12).
“Termasuk berbagai persoalan dan konflik akibat menguatnya politik identitas, radikalisme, dan berbagai dampak negatif di era disrupsi informasi,” tambah dia.
Khofifah yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU tersebut mengaku sangat mengagumi sosok Gus Dur dan juga nilai-nilai yang diwariskannya. Gus Dur, kata Khofifah, bukan sekedar Mantan Presiden Indonesia, melainkan bapak kemanusiaan dunia.
Khofifah menyebut bahwa Gus Dur lebih menyukai disebut sebagai sosok humanis daripada pluralis. Bahkan, saat akan meninggal dunia, Gus Dur meninggalkan wasiat kepada Khofifah sampai tiga kali yang meminta agar batu nisannya ditulis “The Humanist Died Here” (Di sini berbaring seorang Humanis).
“Wasiat itu baru saya sampaikan saat Haul Ke-5 saat diminta memberikan sambutan testimoni di dekat makam beliau di Tebuireng,” imbuhnya. Saat ini jika ziarah ke makam Gus Dur akan tampak tulisan “Here rest a humanist”. (nald)