- iklan atas berita -

 

MetroTimes (Surabaya) – Karang Taruna Kelurahan Tenggilis Mejoyo mengadakan Gebyar Festival Inovasi Produk Tempe dan Pagelaran Budaya Reog, sebagai kolaborasi warisan budaya Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Perlu diketahui Status tempe sebagai warisan budaya tak benda yang sedang diajukan, sama halnya juga Reog sebagai kebudayaan negara Indonesia ke UNESCO.

Ketua Karang Taruna Kelurahan Tenggilis Mejoyo Irfan Ali Akbar menyampaikan, kolaborasi festival tempe dan pagelaran budaya Reog merupakan puncak dari peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 dan juga kami menunjukan kencintaan kami akan warisan budaya Indonesia.

ads

“Kita mengkolaborasikan kampung kami yang terkenal dengan Kampung Tempe, dengan kita memberi tagline Festival Tempe dan pagelaran budaya. Acara ini kita selenggarakan demi untuk rasa syukur kita memperingati Kemerdekaan RI Ke-77,” terangnya disela-sela acara.

“Kami berharap Tenggilis sebagai kampung Tempe bisa dikenal masyarakat secara luas dan kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan,” harapnya.

Sedangkan Lurah Tenggilis Mejoyo Tri Kartika Sari, S.KM., menuturkan, semangat warga Tenggilis Mejoyo Surabaya luar biasa, karena dua tahun kemarin harus berdiam diri di rumah dan mengurangi kegiatan selama pandemi Covid-19. Jadi ini sebenarnya semangat yang sudah dipendam lama, akhirnya kita berikan suatu wadah dan mereka apresiasi sekali.

Lanjutnya, Dan alhamdulillah banyak warga kita kumpul bersama-sama, guyup rukun dan kita juga disini untuk memperkenalkan bahwa Kelurahan Tenggilis itu ada Kampung Tempe. Agar bisa dikenal oleh warga kota Surabaya.

“Kami juga mempersilakan kalau ada study tour. Kami juga membuka pintu kalau ada yang ingin mengerti tempe, dari pembuatan tempe sampai pengelolaan produknya. Kami membuka pintu selebar-lebarnya yang mau belajar tentang tempe,” tandas Lurah Tenggilis Mejoyo.

Sementara Ketua Reog Purbaya Surabaya Ir. Siswandi menjelaskan, Acara Kolaborasi ini bisa berjalan berkat kami bertiga, antara Karang Taruna, Bu Lurah dan LPMK. Jadi semua saling mendukung.

“Saya rasa sudah lama kita pikirkan, tapi karena pandemi kemarin kita tidak bisa berbuat apa-apa. Festival tempe ini akan kita kemas dan tidak sekedar ini hanya festival, tetapi kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan inovasi olahan tempe,” ujar Siswandi yang juga LPMK.

“Saya berharap kolaborasi Festival Tempe dan Gelar Budaya Reog di Tenggilis Mejoyo menjadi contoh, bagaimana generasi muda mengkolaborasikan warisan budaya Indonesia menjadi kegiatan yang luar biasa. Kegiatan ini agar bisa di lanjutkan oleh Instansi dan Pemerintah Daerah, sehingga Jati Diri bangsa tetap terjaga,” pungkasnya. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!