MetroTimes (Surabaya) – Surabaya darurat gangster. Tren anak-anak muda menenteng senjata tajam (sajam) dan munculnya gangster-gangster membuat masyarakat Surabaya resah. Mereka tak sungkan show off dengan melakukan konvoi naik motor secara bergerombol ke jalanan protokol Surabaya hingga tak jarang berujung tawuran antar gangster.
Drs. H. Minun Latif, M.Si., Anggota DPRD Kota Surabaya, Fraksi PKB menyampaikan, Pertama tentunya kita berpijak pada pendidikan, yang harus merubah anak itu adalah orangtua. Jadi anak sedini mungkin ini adalah kewajiban orangtua mendidik, mengarahkan, menanamkan moral yang baik. Bagaimana dengan kondisi anak yang mengalami seperti itu, kemungkinan luput dari pendidikan orangtua.
“Saya kira semua orangtua di Surabaya tidak menghendaki anaknya terlibat gangster seperti itu. Kemudian pengaruh pergaulan, di rumah sudah dididik bagus-bagus, tetapi di luar bergaulnya dengan anak yang tidak berpendidikan atau yang bermoral rendah, ini yang terjadi anak ini terpengaruh. Sebab pengaruh teman itu lebih dahsyat daripada ajaran orang tua. Kadang-kadang di rumah taat beribadah, patuh kepada orang tua, begitu di luar karena pergaulan bebas, mudah tertular sehingga penanganan yang utama adalah diserahkan ke keluarga,” tutur Abah Minun sapaannya.
Ada tiga unsur yang berperan dalam membentuk mental anak, yaitu keluarga – sekolah – lingkungan.
Menurut Abah Minun, Sekolah itu pun kadang-kadang juga tidak bisa membatasi anak untuk berbuat yang tidak benar, artinya di sekolah dia bagus tetapi lingkungan antara sekolah dan rumah bisa membuat anak jadi tidak benar. Seperti saya dulu sewaktu jadi Kepala SMP juga memanggil orangtua karena anaknya sering tidak masuk sekolah. Orangtuanya bilang, pak anak saya setiap hari itu berangkat, ya saya kasih uang saku. Tapi ibu tidak tahu kalau di luar rumah, antara rumah dan sekolah ini banyak gondoruwo. Saya bilang begitu. Artinya banyak pengaruh-pengaruh jahat yang dihadapi oleh anak, sehingga banyak anak itu ke sekolah pakai seragam juga dapat sangu, di tengah jalan gandol truk. Nanti waktunya buyar sekolah ya pulang. Siapa yang tahu kalau anak ini tidak sekolah, orangtua tidak tahu, yang tahu sekolah. Makanya sekolah kerjasama dengan orangtua secara intensif untuk mengawasi perilaku anak itu sangat tepat sekali.
“Jadi orangtua-sekolah harus kerjasama yang baik. Sekolah kalau ada anak tidak sekolah sehari, dua hari segera panggil orang tua, untuk mengantisipasi agar anak ini tidak berkepanjangan berbuat yang tidak baik,itu adalah penting. Orang tua – sekolah – lingkungan” tandasnya.
“Jadi Walikota atau Dinas Sosial memberikan sosialisasi kepada para Camat, para Lurah untuk meneruskan ke para ketua RT RW untuk menyampaikan permasalahan ini. Sehingga dari bawah ini lah terdeteksi anak yang bergaul dengan anak yang kurang benar, anak yang bergaul dengan anak yang benar ini bisa terdeteksi di bawah. Kalau sudah dari bawah di awasi insyaallah tidak terjadi seperti sekarang ini gangster,” harapnya.
“Kita Fraksi PKB sarankan selalu kerjasama antar Kecamatan Kelurahan sampai kepada RT RW, dan Tokoh masyarakat yang harus selalu diadakan komunikasi. Jadi tokoh masyarakat nanti yang bisa menyampaikan ke semua orangtua yang ada di wilayahnya. Tanpa orangtua yang mengendalikan anaknya susah, karena pertama kali yang harus bisa berbuat adalah orangtua,” ucapnya.
“Untuk membentengi secara dini adalah orangtua, yang harus mengarahkan anaknya, mengingatkan anaknya jangan sampai bergaul dengan anak tidak benar. Orang tua pegang peran penting,” ujarnya.
“Saya berharap kepada warga kota Surabaya, mari kita mengarahkan putra-putrinya, agar tidak terbawa pada pergaulan yang tidak positif. Pergaulan yang sangat merugikan, termasuk adanya gang-gang itu. Orangtua harus tahu lebih dini, jadi sebelum aparat memegang atau menengarai anak ini berbuat kejahatan, mestinya orang tua yang harus lebih dulu mengantisipasi anaknya masing-masing,” pungkasnya. (nald)