Metro Times (Magelang) Puluhan orang meninggal dunia setelah terjadi aksi brutal penembakan di dua (2) masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru. Penembakan pertama terjadi di Masjid Al Noor yang berada di pusat Kota Christchurch, sedangkan penembakan kedua di Masjid Linwood di pinggiran kota setempat pada tanggal 13 Maret 2019.
Informasi yang berhasil dihimpun ada sedikitnya 6 (enam) orang asal Indonesia yang berada di masjid tersebut saat kejadian berlangsung, tiga (3) orang di antaranya sudah bisa menyelamatkan diri, sedang 3 orang WNI lainnya masih dalam pencarian.
Menyikapi kejadian ini, Ketua Perkumpulan Wartawan Online Independen Nusantara (PWO IN) Magelang Raya Ady Prasetyo (41), mengutuk keras pelaku kejahatan yang menurutnya sudah sangat tidak ber perikemanusiaan bahkan dianggap seperti kelakuan iblis.
“Hingga saat ini tidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban dalam insiden tersebut, namun 3 orang masih dalam pencarian. Berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI), terdapat 331 WNI di Christchurch, termasuk 134 mahasiswa, ” terang Ketua PWO IN Magelang Raya di kantornya, Sabtu (16/03/19).
Pihak Kepolisian setempat telah menangkap sedikitnya empat orang, 3 pria dan 1 orang perempuan, selain itu aparat juga menemukan sejumlah bom rakitan yang di pasang di kendaraan-kendaraan. yang di bawa pelaku.
“Sementara dari informasi yang saya terima, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington terus memantau perkembangan situasi dan telah mengirimkan tim ke Christchurch untuk berkoordinasi dengan otoritas keamanan setempat, Rumah Sakit dan Perhimpunan Pelajar Indonesia yang berada di sana,” imbuhnya.
Aksi brutal pelaku tersebut berlangsung sekitar 20 menit dengan menyasar ruang salat bagian pria di masjid, kemudian beralih ke ruang perempuan dan sedikitnya 60 orang menjadi korban dalam insiden tersebut.
Kepolisian setempat merekomendasikan warga Christchurch menjauhi jalan-jalan dan tetap berada di dalam ruangan sampai pemberitahuan selanjutnya. Sekolah-sekolah di Christchurch akan ditutup sampai kondisi aman terkendali.
Harian New Zealand Herald melaporkan pelaku adalah seorang pria Australia yang telah menulis manifesto berisi ideologi ekstrem kanan yang anti-Islam dan anti-imigran. (Ady/Arif)