“ The Transformation In Business Strategy And Selling Driven By The Power of Product And Infrastructure Support Implication Performance”
Metro Times (Bandung) – Kinerja dan fungsi BPD masih belum tercapai maksimal, terlihat dari tabel rasio keuangan selama periode kurun waktu tahun 2011 s/d 2017 yang masih menunjukkan penurunan rasio dan naiknya rasio NPL kredit, yaitu :
Periode ➡️ CAR LDR BO/PO
Tahun 2011 : 17.45 77.84 74.46
Tahun 2012 : 18.28 85.33 74.06
Tahun 2013 : 18.54 95.90 72.34
Tahun 2014 : 18.99 92.68 75.75
Tahun 2015 : 21.06 93.72 78.61
Tahun 2016 : 21.85 95.98 80.29
Tahun 2017 : 20.45 72.99 80.12
Mutasi : ⬇️ ⬇️ ⬇️
Periode ➡️ ROA ROE NPL Gross
Tahun 2011 : 3.08 22.41 2.04
Tahun 2012 : 3.01 25.11 2.39
Tahun 2013 : 3.23 25.59 2.26
Tahun 2014 : 2.95 21.93 2.94
Tahun 2015 : 2.44 18.24 3.14
Tahun 2016 : 2.42 16.33 3.27
Tahun 2017 : 2.40 16.30 3.61
Mutasi : ⬇️ ⬇️ ⬆️
Periode ➡️ NPL Net
Tahun 2011 : 0.84
Tahun 2012 : 1.03
Tahun 2013 : 0.84
Tahun 2014 : 1.23
Tahun 2015 : 1.25
Tahun 2016 : 1.40
Tahun 2017 : 1.57
Mutasi : ⬆️
Periode ➡️ NPL Gross Produktif NIM
Tahun 2011 : 4.32 8.68
Tahun 2012 : 6.82 8.04
Tahun 2013 : 6.85 8.37
Tahun 2014 : 9.90 8.01
Tahun 2015 : 10.40 7.31
Tahun 2016 : 11.00 7.66
Tahun 2017 : 9.73 6.93
Mutasi : ⬇️ ⬇️
Sumber: Laporan OJK 2017
Dr. Joko Hartono Kalisman, SE, MM.Ak, CA, ACPA ( Pemimpin SKAI – Bank bjb ), mengatakan, kondisi tersebut harus menjadi perhatian BPD untuk melakukan perbaikan.
Adapun menjadi fenomena kinerja dan fungsi BPD, yaitu :
a). Masih sulit bersaing dengan bank konvesional umum dan bank swasta dari segi SDM dan positioning yang kuat.
b). Masih rentan atas modal yang dimiliki dan masih relative rendah dan terbatas.
c). Masih belum focus dan lemah terhadap pelayanan nasabah.
d). Masih belum memenuhi teknologi layanan bersinergi dengan produk yang dimiliki.
Lanjut Joko Hartono Kalisman, fenomena dimaksud apabila tidak segera dilakukan perbaikan akan menurunkan kinerja, sedangkan perkembangan dan perubahan tuntutan konsumen kepada BPD terus berjalan, sehingga Bank Pembangunan Daerah memerlukan kerangka konseptual untuk memaksimalkan tuntutan terhadap fungsi strategi bisnis termasuk pembangunan.
Dukungan berbasis sumber daya dan pasar dijadikan sebagai pendorong untuk memaksimalkan performance yang semakin berkembang, tidak hanya pada aspek – aspek keuangan saja. BPD memerlukan landasan teoritis yang didasarkan pada kondisi empiris sesuai dengan konteks BPD.
Beragam penelitian tentang perbankan masih banyak menyoroti bank BUMN. Faktanya penelitian BPD masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Sementara secara umum kerangka kerja untuk BPD terhadap performance masih fokus pada pengukuran keuangan. Hal ini kurang sejalan dengan fungsi BPD sebagai salah satu pelaku pembangunan yang memiliki fungsi strategis sesuai dengan kebijakan.
Berdasarkan hal tersebut, papar Joko Hartono Kalisman, saya tertarik untuk melakukan penelitian atas disertasi dengan identifikasi masalah kinerja BPD yang belum maksimal diduga karena kelemahan dari kekuatan produk, dukungan infrastruktur, transformasi strategi bisnis, penjualan, kinerja dengan unit analisis kepada eksekutor yaitu pemimpin cabang dan nasabah. Rumusan masalah yang menjadi penelitian terdapat 12 point secara ringkasan dimulai dari bagaimana kondisinya, pengaruh parsial dan pengaruh simultan terhadap kinerja.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif, sehingga hasil penelitiannya yaitu novelty dengan sebutan Model Sinergi Penjualan Berbasis “ KREASI “. Istilah KREASI adalah bahasa dekonstruksi sebagai pemberi semangat kebebasan ekspresi yang terarah dan bermanfaat namun sebenarnya singkatan dari variable–variable yang telah menjadi hasil penelitian.
Novelty tersebut mengungkapkan solusi permasalahan dalam meningkatkan kinerja dengan melakukan eksekusi penjualan yang perlu didukung oleh perumusan transformasi strategi bisnis khususnya human capital yang tersedia untuk dilakukan reborn kompetensi sebagai dukungan kepada kekuatan produk sebagai produk yang ditawarkan dengan disertai layanan pendukung melalui dukungan infrastruktur yaitu teknologi untuk terus ditingkatkan mengikuti trend kebutuhan nasabah sehingga penjualan menjadi pondasi yang kuat karena adanya perubahan pola kerja yang ekspresi dan terarah serta bisa menjaga kinerja dengan efektif dan efisien sebagaimana sebutan Model Kreasi.
Kreasi Model adalah singkatan model yang dapat mendorong kepada strategi penjualan meningkat dan bersinergi yang berkorelasi kepada kinerja, yaitu :
a). Kata ” K ”, singkatan kekuatan produk.
b). Kata ”Rea ”, singkatan dari transformasi strategi bisnis diutamakan kata ” reborn human capital ”.
c). Kata ”Si”, singkatan ” Sistem Informasi berbasis Teknologi”.
Menurut Joko, ketiga rangkaian singkatan tersebut diimplementasikan dengan penterjemahkan bahwa :
1). Kekuatan produk menjadi bagian sinergitas BPD dalam bersaing dengan bank pesaing terutama untuk menonjolkan fitur yang ditawarkan menarik dan mudah diingat sekaligus disinergikan dengan layanan teknologi.
2). Reborn Human capital sebagai bagian dari transformasi strategi bisnis dengan melahirkan kembali kekuatan BPD melalui pengembangan kembali human capital yang dimiliki dengan dikolaborasi antar senior dan junior dalam rangka persiapan transaksi dan layanan berbasis teknologi.
3). Teknologi dengan melakukan penyesuaian melalui trend yang dibutuhkan keinginan konsumen seperti transaksi melalui web ( internet banking ), fintech ( pinjaman online ), dan digitalisasi ( digital pembayaran pajak )
“Model ”Kreasi” dapat diimplementasikan didalam eksekusi mempercepat kinerja bank khususnya BPD sebagai model yang bisa memberikan dekonstruski semangat yang ekspresi dan kreaktif kepada perubahan yang positif secara berkesinambungan dan harus didukung oleh managemen organisasi,” papar Pemimpin SKAI – Bank bjb yang ingin merubah kinerja BPD.
“Dukungan penerapan KREASI Model tersebut dapat dilaksanakan dengan serius dan bersinergi sehingga menghasilkan kinerja berkualitas terlebih dipantau atas pelaksanaannya melalui sinergi pengendalian intern termasuk disinergikan dengan harapan dari Pemegang Saham dan bisa diimplementasikan secara umum dan pemegang saham harus mendukung terjadi perubahan yang agresif dan positif bagi kinerja,” ungkapnya.
Dari novelty tersebu,t maka yang perlu menjadi bahan saran bagi peningkatan kinerja BPD dan termasuk bank umum sekelas asset BPD, yaitu :
- Keseriusan untuk pengembangan transaction gateway berbasis digital
- Pengembangan human capital dengan mendirikan unit banking university untuk memperkuat kompetensi dan pemberdayaan pegawai
- Dibuat alat pengukuran kinerja bagi eksekutor melalui BSC
- Percepatan implementasi kreasi model bagi dekosntruksi BPD dalam meningkatkan kinerja
“Demikian sekilas hasil disertasi dan mudah – mudahan dapat memberikan nilai tambah bagi perubahan BPD menjadi bank professional dan berkinerja yang berkualitas,” tutupnya. (nald)