Metro Times (Semarang) Mudik lebaran memang telah usai, namun ada cerita pilu yang tersisa dari tradisi tersebut. Hal ini terjadi pada diri Mita Tulamita, warga Sumatera Barat yang terlantar di Pasar Genuk. Ibu muda yang berusia 33 tahun tersebut justeru tertipu oleh sang suami.
Modus mengajak mudik lebaran, Mita malah ditelantarkan di Semarang. Penipuan terhadap ibu satu anak dari Jl. Baru No 14 RT 14 RW 18, Kec. Tebangan, Ranto Prapat, Sumatera Barat diceritakan koordintator Tim Penjangkauan Dinsos (TPD) Kota Semarang, Dwi Supratiwi disela persiapan patroli PGOT, Pemkot Semarang, Jalan Pemuda 148 Kota Semarang, Sabtu (13/7).
“Bu Mita kami datangi ketika tidur di emperan Pasar Genuk lantai bawah bersama anak perempuannya yang berusia 2 tahun bernama Putri Ayu Andira,” bebernya.
Kepada tim patroli TPD, Mita mengaku pergi ke Semarang menjelang lebaran lantaran diajak suami yang menikahinya secara siri. Dia mengatakan bahwa suaminya, Ginot adalah orang Palembang yang mengaku ingin pulang ke rumah orang tuanya di Semarang. Setelah tiba di Semarang, alih-alih dapat bertemu dengan sang mertua, rumah orang tua suaminya tidak pernah ditemukannya, uang saku diembat dan dia ditinggal kabur entah ke mana. “Ia mengaku dari kampung halaman membawa uang sebesar Rp. 6 juta,” ujarnya.
Tiwi melanjutkan, semasa di kampungnya, Mita hanya bekerja sebagai seorang buruh cuci. Setelah ditinggalkan suaminya, sambungnya, Mita terpaksa harus meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama buah hatinya. Hal ini juga dilakukan agar bisa kembali ke kampung halaman, dengan mengumpulkan uang hasil meminta-minta. Saat ini Mita bersama putri kecilnya ditampung di Panti Rehabilitasi sementara TPD masih melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Berbeda Kasus berbeda juga ditindak lanjuti oleh TPD. Wahyuningsih yang merasakan keluhan sakit di bagian perut karena adanya cairan. Dari diagnosa sementara Puskesmas, perut yang membengkak tersebut disebabkan infeksi paru-paru. Perempuan 60 tahun yang tinggal di Jalan Candi Pawon Timur VIII RT/RW 07/07 tersebut disarankan pihak Puskesmas untuk operasi sedot cairan yang ada di dalam perutnya.
“Setelah kami datangkan tim Ambulance Hebat, pasien dinyatakan tidak dalam keadaan gawat darurat, namun perlu tindakan lebih lanjut. Permasalahan yang kami hadapi pasien tersebut tidak ber-KTP Semarang sehingga harus mengurus administrasi untuk mendapatkan kartu BPJS atau UHC,” bebernya.
Karena keterbatasan ekonomi, keluarganya berharap agar mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial untuk berobat di rumah sakit. Saat ini Wahyuningsih menjalani rawat jalan sembari menanti TPD berkoordinasi agar mendapatkan BPJS. (af/dnl)