MetroTimes (Surabaya) – Musyawarah Provinsi (Musprov) Persekutuan Gereja-Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) Jawa Timur ke-9 dengan mengambil tema “Kita Berbeda-beda Tetapi Satu”, yang diselenggarakan dari tanggal 14 – 15 Maret 2023 di Hotel Sahid Surabaya.
Pdt. Rikardo Nainggolan selaku ketua panitia Musprov PGPI ke-9 menyampaikan, Hari ini kita mengadakan Musprov PGPI dengan jadwal setelah pembukaan yang dibuka oleh Ketua Umum PGPI pusat, kita langsung masuk di paripurna pertama, pengesahan tata tertib dan rundown acara. Selanjutnya berjalan tata tertib yang sudah disepakati, termasuk susunan acara yang sudah disepakati.
Musprov PGPI Jawa Timur ke 9 ini dihadiri anggota dari 18 daerah dari 24 daerah yang sudah terbentuk di
38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur.
Pdt. Rikardo menuturkan, Musprov kali ini, kami berharapan terpilih ketua baru, karena tentunya kita laksanakan Musprov ini dengan anggaran tidak sedikit, agar supaya berbanding lurus dengan hasilnya. Pertama-tama Musprov ini berjalan dengan damai, kemudian keputusan-keputusan yang diambil dalam Musprov ini menjamin kedepan PGPI Jatim lebih bagus.
“Terpilihnya ketua baru yang punya hati untuk Jatim dan beberapa masukan yang saya dengar supaya sudah pengalaman pengurus, berarti mereka mengharapkan pengurus sudah mendampingi pak Simamora (ketua lama) selama ini, tapi itu tidak harga mati. Bisa saja meskipun tidak mempunyai pengalaman pengurus, tapi di Sinodenya punya kapabilitas. Kalau dia kader terbaik dari sinode, saya kira baik-baik saja,” tandasnya.
“Semua berharap PGPI Jawa Timur kedepan lebih bagus, tentu sangat ditentukan oleh kualitas ketuanya. Bagaimana dia nanti merekrut teman-teman dan kemudian menetapkan program-program,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, di PGPI karena tidak ada proses nominasi, sehingga tidak muncul kandidat. Karena yang kita anut selama ini penjaringan. Jadi nanti di awal pemilihan itu dimulai dengan memberi kesempatan kepada seluruh peserta menyodorkan nama. Tiga nama terbanyak itu dipilih, sampai dengan kita temukan satu orang yang memperoleh suara 50% plus satu. Tapi meskipun di penjaringan kalau sudah ada salah satu nama telah memperoleh suara 50% plus satu itu sudah bisa secara aklamasi terpilih dan langsung ditetapkan.
“Sebagai aras yang diakui oleh pemerintah, pertama tentu memperhatikan tugas dan tanggung jawab sebagai warga dilingkungan masing-masing. Dan supaya PGPI lewat keberadaan anggota di tempat mereka masing-masing bisa mencitrakan PGPI yang baik,” imbuhnya.
Sementara, Ketua umum Persekutuan Gereja- Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Pdt. Jason Balumpapueng menuturkan, Harapan PGPI pusat, tentu Musprov ini berjalan dengan baik dan salah satu tujuan Musprov ini terbentuknya pengurus baru dan mendukung secara penuh akan semua program-program pemerintah. Kerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Timur.
“Ketua PGPI Jatim yang baru bisa mengayomi, bisa memfasilitasi hubungan dengan pemerintah, bisa juga memfasilitasi kebutuhan gereja sinode anggota dengan pemerintah provinsi Jawa Timur,” terangnya.
Menurut Pdt. Jason, kalau berbicara kendala-kendala dimana saja bisa saja ada kendala, tetapi diharapkan dengan kepemimpinan baru nanti tentu segera datang ke kantor Gubernur untuk audiensi dengan ibu Gubernur dan Bapak Wakil Gubernur, dan tentu saya harapkan Gubernur bisa menerima karena ini adalah sebuah organisasi gereja jemaat yang sangat besar. Dan sangat bisa bekerja sama dan bisa turut ambil bagian berkontribusi program pemerintah khususnya Jawa Timur.
“Saya menghimbau supaya menjaga kondusifitas di gereja dan sekitar gereja, lingkungan dan juga secara tingkatannya menjalin hubungan baik dengan pemerintah. Karena kita adalah mitra pemerintah, baik Pusat, Provinsi, Kabupaten / Kota, bahkan sampai Kecamatan. Sehingga terbina dengan baik, pemerintah tidak susah-susah dalam membina masyarakat,” tutupnya.
Hal senada juga disampaikan perwakilan Departemen Agama bidang Kristiani, Teguh menyampaikan, Musprov PGPI ini sebagai dinamika organisasi dalam proses Musprov yang nanti diadakan pergantian kepemimpinan. Itu sebagai bentuk penyegaran untuk dinamisnya organisasi. Yang berdampak pada kegiatan yang dirasakan sampai ke umat Gereja-Gereja yang ada di PGPI.
“Tantangan kedepan semua harus disikapi dengan bijak, tidak grusagrusu, tidak kemrungsung, tapi disikapi dengan arif, dikonsolidasikan dulu, dimusyawarahkan bersama, jangan seperti kayu termakan api cepat terbakar. Dan disikapi bersama untuk menentukan langkah, segala sesuatu bisa diselesaikan dengan soft,” imbuh Teguh. (nald)